Islam Tidak Asing dengan Pluralitas, Namun Menolak Pluralisme Agama
Mediaumat.news – Sudah menjadi perkara yang sunnatullah dan tidak asing bahwasanya Islam berkembang dalam pluralitas agama atau keragaman agama. “Namun Islam menolak pluralisme yang menyebut bahwa semua agama benar di mata Tuhan,” ujar Cendikiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam diskusi daring Fokus: Semua Agama Benar? Ahad (19/9/2021) di kanal YouTube UIY Official.
Menurutnya, Allah memberikan kebebasan kepada orang itu untuk beriman atau tidak beriman dan juga Allah melarang umat Islam untuk memaksa orang untuk masuk kepada agama Islam. “Pada ujungnya itu pasti akan ada yang Muslim ada yang tidak, ada yang beriman ada yang tidak,” ungkapnya.
Ia pun menyebutkan, dalam perkembangan sejarah Islam, jelas diceritakan bahwa umat Islam hidup dalam masyarakat yang plural, masyarakat yang beragam agama. Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, masyarakat di sana merupakan masyarakat yang plural. Ketika Spanyol 700 tahun di bawah kekuasaan Islam, disana hidup 3 agama secara berdampingan dan aman. “Spanyol dalam 3 Agama karena ketika Islam memimpin di sana hidup berdampingan Nasrani dan Yahudi, begitu juga dengan yang lain-lain,” jelas UIY.
Tapi Islam sangat tegas menolak pluralisme agama, karena itu jelas bertentangan dengan akidah Islam yang mengatakan bahwa hanya Islam yang benar dan yang lain salah. “Karena itu orang yang Islam yang mengatakan bahwa semua agama sama di mata Tuhan, itu berarti telah mengingkari kebenaran agamanya sendiri. Sesuatu yang bahkan orang Nasrani saja menolak,” tegas UIY.
Ismail juga menjelaskan, yang pasti umat Islam diminta untuk menjadi Muslim yang sejati, yang menjalankan hukum Islam secara kaffah atau menyeluruh. “Mestinya ini yang dijadikan landasan untuk kita mengingatkan sesama Muslim, mengajak sesama Muslim, karena ini merupakan dasar yang jelas tersebut dalam Al-Qur’an. Karenanya ini jelas merupakan perintah Tuhan Allah. Bukan lain-lainnya, bukan jangan fanatik, jangan ini, jangan itu. Tidak ada dasar itu,” pungkasnya.[] Fatih Sholahuddin