Islam Politik Masih Menjadi Ancaman Keamanan yang Utama bagi Barat

Penarikan diri AS dari Afghanistan yang dilakukan secara tiba-tiba telah menciptakan kekacauan di dunia Barat. Bahkan mereka terkejut dengan perkembangan saat ini di Afghanistan. Terkait dengan bagaimana Barat memandang perkembangan ini, Tony Blair menjelaskan, “sesungguhnya tekanan imperatif politik jangka pendek memberi keyakinan yang terbuka kepada sekutu dan para penentang masyarakat liberal bahwa ‘era kita sudah berakhir’.” Lebih lanjut dia menambahkan dengan mengatakan bahwa dirinya merasa sangat tertekan mendengar klaim opini publik Barat, “sungguh kita bodoh dalam hal keyakinan bahwa gagasan Barat tentang demokrasi liberal dan kebebasan dapat diekspor”. Majalah The Economist menyatakan “Perang Amerika di Afghanistan berakhir dengan kekalahan telak” (The Guardian, 6/9/2021).

**** **** ****

Amerika telah berperang di Afghanistan selama 20 tahun. Ia telah menghabiskan lebih dari 2 triliun dollar untuk perang. Ia telah kehilangan ribuan pasukannya sendiri dan menyaksikan kematian puluhan ribu warga Afghanistan—tentara dan warga sipil. Sekarang Amerika meminta untuk mengakhiri seluruh petualangan yang menyedihkan, dengan hampir tidak ada prestasi yang bisa ditunjukkan untuk itu. Kekalahan memalukan di tangan beberapa ribu orang Afghanistan yang hanya diperlengkapi dengan persenjataan biasa jika dibandingkan dengan persenjataan militer AS yang superior, yang memiliki efek menghancurkan yang lebih buruk daripada yang dimiliki Soviet selama Perang Dingin. Orang bisa melihat bahwa pukulan ini telah mengguncang kekuatan yang dulunya sangat luar biasa. Sekarang, sekutu jangka panjang Amerika Serikat, terutama Barat, berada pada titik di mana mereka tidak tahu di mana mereka berdiri, di sisi lain, Rusia dan China mungkin ingin mengambil keuntungan dari kegagalan mereka ini.

Dengan kekalahan telak seperti itu, bahkan di tangan orang-orang dengan peralatan sederhana dan kurang terlatih, maka sekarang, Barat secara serius mempertanyakan payung keamanan AS, dan sekarang negara-negara Barat secara terbuka berbicara tentang pasukan gerak cepat mereka sendiri. Setelah kekalahan di Afghanistan, Eropa bertanya-tanya apakah Prancis benar tentang Amerika, dimana Macron menilai bahwa AS tidak bisa diandalkan.

Di sisi lain dari peta, bahwa sabuk tetangga China sekarang berpikir tentang metode yang juga dipikirkan oleh sabuk Eropa, yang telah dihancurkan oleh AS, sementara kaki di tanah bukan merupakan pilihan yang tepat untuk mempertahankannya dalam melawan kekuatan China yang semakin meningkat.

Setelah kekalahan memalukan AS, tidak ada seorang pun termasuk Eropa dan kekuatan regional lainnya seperti Rusia dan China yang ingin mengambil pembangunan Afghanistan. Barat masih percaya bahwa Islam Politik masih menjadi ancaman keamanan yang utama bagi Barat, dimana kaum radikal dapat keluar dari situasi ini, dan begitulah yang akan menjadi kenyataan! Namun semua itu bukan tanpa negara yang mengusung Islam seperti yang dilakukan nenek moyang kita dalam sejarah panjang Khilafah kita yang mulia.

Jika kaum Muslim Pakistan dan wilayah Asia Tengah mematahkan belenggu Barat dan para penguasa yanga menjadi anteknya, maka penggabungan dengan Afghanistan bisa menjadi awal kebangkitan Islam baru di bawah naungan Khilafah. Hanya perlu berpikir, jika Barat di bawah NATO tidak mampu menahan semangat jihad rakyat Afghanistan, dan sekarang tidak ada seorang pun termasuk Rusia dan China yang berani mengacaukan mereka. Lalu, bagaimana Barat bisa menghalangi kita dengan semua keunggulan militer, ekonomi, dan strategis, bagi sebuah negara yang tujuannya hanya untuk mencari ridha Allah SWT dengan menerapkan agamanya dari timur hingga ke barat? []

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 12/10/2021.

Share artikel ini: