Irjen Teddy Ditangkap karena Narkoba, Pengamat: Sangat Miris dan Memprihatinkan

 Irjen Teddy Ditangkap karena Narkoba, Pengamat: Sangat Miris dan Memprihatinkan

Mediaumat.id – Penangkapan Kapolda Sumbar Irjen Teddy Minahasa yang akan dimutasi jadi Kapolda Jatim terkait kasus narkoba sangat miris dan memprihatinkan.

“Kita tentu sangat prihatin sekaligus miris karena kepolisian yang ditugaskan untuk mengayomi dan melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan semacam narkoba, judi, tawuran dan segala macam itu, tugas kepolisian yang seharusnya mencegah dan menindak itu semuanya, mereka yang bertugas untuk mengeksekusi sehingga negeri ini bebas dari penyakit-penyakit semacam kasus narkoba, tapi justru ini polisi bermain di bidang itu,” tutur Pengamat Kebijakan Publik dari Indonesian Justice Monitor (IJM) Dr. Erwin Permana kepada Mediaumat.id, Sabtu (15/10/2022).

Erwin menyayangkan karena yang bermain ini bukan hanya sebatas kelas-kelas bawah, tetapi yang bermain ini adalah kelas jenderal, kelas panglima. “Artinya, di jajaran para petinggi itu sendiri nggak mungkin dia sendiri bermain. Jangan-jangan ada yang namanya kartel narkoba. Masyarakat jadi curiga, jangan-jangan ada kartel narkoba di kepolisian itu. Kita juga menduga seperti itu,” ujarnya.

Menurutnya, hal ini berakibat trust (kepercayaan) masyarakat kepada institusi kepolisian akan menurun. “Karena jendralnya saja seperti itu, bagaimana dengan kelas-kelas kapolsek kapolres? Apalagi kelas-kelas kroco di bawahnya, tentu lebih parah,” ungkapnya.

Masalah Moral

Erwin mengatakan ada masalah moral yang sangat serius di institusi kepolisian. Pertama, mulai dari persoalan moral udah mati deh. Kepolisian sudah mati soal moral. Karena pemimpinan yang seharusnya memberikan teladan yang baik, memberikan pendidikan yang baik, edukasi yang baik terhadap bawahannya, justru kemudian menunjukkan sikap seperti menjadi aktor utama yang terlibat dalam perdagangan narkoba. “Ada problem moral yang sangat serius di situ,” terangnya.

Kedua, tidak berjalannya mekanisme pengamanan profesi dan pengamanan (propam) di Polri itu sendiri. “Jadi, kepolisian sendiri justru menjadi pihak yang diamankan, menjadi pihak yang perlu dibersihkan jadinya,” ucapnya.

Menurutnya, masalah-masalah ini berkaitan dengan gaya hidup. “Gaya hidup yang hedonis, yang ingin cepat kaya dan seterusnya,” tandasnya.

Erwin menyarankan, solusi dari masalah ini dengan membersihkan lifestyle (gaya hidup) tersebut. “Gaya hidup ini berangkat dari pemahaman mendasar tentang pandangan hidup materialisme-sekularisme. Itu problem mendasarnya. Selama pemahaman materialisme ini menjadi pemahaman umum terutama di instansi kepolisian, maka yang akan terjadi adalah antara satu polisi dengan polisi yang lain untuk senantiasa berupaya untuk menggapai materi,” tuturnya.

Di tangan kepolisian, kata Erwin, ada kekuasaan, sehingga mudah untuk mencapai materi itu. “Tidak perlu lagi undang-undang, karena mereka juga bisa buat gitu. Mereka tinggal manfaatkan saja kekuasaan dari tangan mereka untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya menjadi pengedar narkoba, menjadi backing (penyokong) judi, menjadi backing pelacur dan segala macam. Sehingga dengan cara begitu mereka dengan cepat bisa mendatangkan materi. Ini problem mendasarnya, yakni problem pandangan hidup materialisme,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *