Mediaumat.id – Direktur Indonesia Resources Studies (IRESS), Dr. Marwan Batubara, M.Sc. mengungkap faktor penyebab pasokan batu bara PLN hingga mengalami krisis.
“Iress yakin, dua aktor utama penyebab krisis pasokan batu bara PLN adalah pengusaha batu bara oligarkis yang membangkang dan regulator yang gagal menegakkan aturan (termasuk dan menyusun prosedur kredibel guna mengimplementasikan DMO),” tuturnya kepada Mediaumat.id, Selasa (18/1/2022).
Menurutnya, peran oligarki penyebab krisis persediaan batu bara PLN, nyaris membuat listrik bagi 10 juta pelanggan PLN padam.
“Karena hanya mengejar untung besar akibat naiknya harga batu bara dunia, para pengusaha batu bara bertindak egois, manipulatif, konspiratif dan menghalalkan segala cara, termasuk melanggar konstitusi, UU, peraturan yang berlaku, dan kewajiban DMO. Mereka enggan berbagi dan tidak peduli nasib ratusan juta rakyat konsumen listrik,” ujarnya.
Ia mengungkap, ekspor batu bara oleh para pengusaha pembangkang bisa berjalan lancar karena kebijakan dan sikap pemerintah yang lebih memihak pengusaha dibanding PLN yang melayani kebutuhan listrik rakyat.
“Sikap pemerintah ini terrefleksi pada tak kunjung terbitnya aturan dan mekanisme yang kredibel, andal dan berkelanjutan guna menjamin pelaksanaan kewajiban DMO 25%, agar pasokan batu bara PLTU-PLTU PLN untuk 20 hari operasi (HOP) bisa tercapai,” bebernya.
Menurutnya, perlu mekanisme rujukan implementasi DMO yang sebenarnya telah disampaikan oleh PLN sejak lama, jauh sebelum terbitnya Kepmen ESDM No.1395 (9/3/2018) tentang harga DMO. “Salah satu hal penting adalah bagaimana kewajiban 25% DMO terdistribusi secara merata kepada seluruh pengusaha proporsional dengan produksi masing-masing,” ungkapnya.
“Namun karena abai, cenderung mengikuti mekanisme pasar dan terkontaminasi kepentingan oligarki, maka KESDM tak kunjung menerbitkan aturan mekanistik dimaksud,” tambahnya.
Karena KESDM “gagal” menerbitkan aturan/mekanisme yang andal dan kredibel di satu sisi, dan ketidakmampuan menghadapi “kekuatan oligarki” di sisi lain, maka menurut Marwan, PLN mencari solusi dengan mendirikan anak usaha, PLN Batu Bara (PLNBB, 2008).
“Tujuan PLNBB antara lain menjamin tersedianya pasokan batu bara ke seluruh PLTU, termasuk yang remote, melalui pembelian kepada CV, koperasi dan perusahaan-perusahaan kecil, termasuk dari trader/broker,” terangnya.
Ia menilai keberadaan PLNBB bermanfaat sangat besar bagi kelangsungan pelayanan listrik PLN. Di samping berperan secara simbiosis mutualisme dengan pengusaha kecil pinggiran yang sulit mengakses pasar ekspor dunia, PLNBB pun berfungsi penting saat harga batu bara naik. Pengalaman menunjukkan, saat harga naik, karena tak berdaya berhadapan dengan pengusaha besar oligarkis, manajemen PLN malah sampai pernah menyatakan akan mengimpor batu bara dari luar negeri. “Padahal Indonesia merupakan salah satu pengekspor batu bara terbesar dunia,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it