IRESS: Hilirisasi sebagai Alasan Mendapatkan Manfaat Industri Nikel
Mediaumat.id – Direktur Indonesia Resources Studies (IRESS) Dr. Marwan Batubara, M.Sc., mengatakan hilirisasi hanya dijadikan sebagai alasan untuk mendapat manfaat terbesar dari industri nikel.
“Hilirisasi dijadikan alasan sehingga tidak melakukan ekspor biji mentah. Itulah yang terjadi sudah bertahun-tahun dan itulah yang mengancam ketahanan nikel dan mineral milik negara ke depan,” ungkapnya dalam Perspektif PKAD: Hilirisasi & Larangan Ekspor Nikel, Untungkan China & Rugikan Eropa-Amerika? melalui kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data, Rabu (5/7/2023).
Menurutnya, kalau bicara sebagai negara, maka yang paling utama adalah pendapatan yang masuk ke APBN, dari pajak dan royalti semaksimal mungkin sesuai Pasal 33. Ini akan optimal kalau tambang itu dikuasai oleh BUMN. Ternyata BUMN hanya menguasai sekitar 5 persen.
“Atas alasan hilirisasi tidak mau mengekspor biji mentah supaya ada nilai tambah, tapi di sisi lain menghisap penambang-penambang domestik. Harga dikendalikan untuk kepentingan oligarki dan Cina. Dengan kebijakan harga yang dibuat sedemikian rupa, sehingga lebih rendah dibanding harga pasar. Artinya menghisap penambang lokal domestik, tapi sekaligus menghilangkan atau mengurangi pendapatan negara dari pajak,” bebernya.
Dengan begitu, lanjut Marwan, oligarki tidak memikirkan negara akan dapat maksimal atau nilai tambah akan diperoleh sampai 19 kali, 10 kali saja itu tidak. Nilai tambah itu hanya sekitar 4 sampai 5 kali. Karena produk yang dihasilkan itu hanya berupa nickel pig iron (NPI), nickel matte (ni3s2), feronikel (FeNi) kemudian nikel elektrolit.
“Itulah yang dihasilkan. Karena memang negara belum siap untuk sampai ke tahap forming atau pabrikasi,” jelasnya.
Ia menyayangkan, bahwa rakyat di daerah itu akan bisa dapat lapangan kerja. Ternyata lebih banyak untuk asing. Kalau ada tambang rakyat, mereka bisa investasi untuk tambang lalu di situ ada keuntungan. Kemudian yang ketiga tentang nilai tambah, kesempatan nilai tambah itu akan diperoleh di tahap-tahap penambangan.
“Kemudian ada pekerja-pekerja lokal, tapi nyatanya pemerintah mengatur atas alasan hilirisasi karena tidak boleh diekspor maka mereka wajib menjual ke smelter punya konglomerat dan Cina, itu harganya mereka patok lebih rendah dari harga pasar dunia,” pungkasnya.[] Abi Bahrain