Iran Tidak Serius Membalas Serangan Entitas Yahudi
﴿وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً﴾
“Dan jika mereka mau berangkat, niscaya mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu.” (TQS. At-Taubah [9] : 46).
Pada tanggal 1 April 2024, entitas Yahudi melancarkan serangan terhadap pasukan Iran, menargetkan gedung konsulat Iran di Damaskus, yang menyebabkan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi, salah satu Komandan Pasukan Quds di Garda Revolusi, dan wakilnya, bersama lima anggotanya. Serangan ini hampir menjadi serangan terkuat sejak terbunuhnya Komandan Pasukan Quds Qasem Soleimani oleh serangan udara Amerika. Keunikan serangan ini adalah menargetkan gedung milik kedutaan Iran dan mengibarkan benderanya. Hal ini dianggap wilayah Iran menurut kebiasaan internasional, dan ini merupakan serangan ganda terhadap wilayah Suriah dan Iran.
Untuk mengetahui dampak dari serangan tersebut, kita harus melihat ke belakang dan mengetahu hakikat realitas Iran:
Diketahui bahwa Iran mempunyai hubungan yang erat dengan Amerika, hal ini terlihat dari tindakan politik yang dilakukan dan terus dilakukan rezim Iran untuk mengamankan kepentingan Amerika di kawasan, khususnya di Afghanistan, Irak, Suriah, dan Yaman, bahkan Amerika Serikat sedang berusaha menjadikan Iran sebagai polisi di wilayah tersebut untuk merampok kekayaan negeri-negeri kawasan, dan melanggengkan pengaruhnya di sana.
Hanya saja entitas Yahudi tidak menyukai kehadiran kekuatan regional, terutama kekuatan nuklir, di kawasan, oleh karena itu mereka selalu mengancam akan menyerang Iran dan reaktor nuklirnya, namun mereka tidak melakukannya karena Amerika tidak mengizinkannya, dan memberinya kedok Amerika, meski mereka telah melakukan tindakan menimbulkan luka mendalam bagi Iran seperti pemboman dan pembunuhan ilmuwan nuklir, selain mengebom banyak “sasaran milik Iran” di Suriah.
Namun setelah diluncurkannya Operasi Badai Al-Aqsa dan masuknya entitas Yahudi ke dalam terowongan gelapnya, serta menjelaskan ketidakmampuan dan kelemahan entitas ini untuk menyelesaikan perang, meski mereka telah banyak melakukan kejahatan terhadap perempuan, anak-anak dan orang tua yang tidak bersalah, serta pemboman gedung-gedung dan rumah sakit. Oleh karena itu, entitas monster ini, yang diwakili oleh Perdana Menterinya, Netanyahu yang kriminal, berusaha memperluas perang ini dan mengubah keadaan untuk menyelamatkan reputasinya, serta menyelamatkan mukanya. Dia sadar bahwa jika dirinya mampu melakukannya, tentu Amerika tidak akan tinggal diam dengan hanya menontonnya.
Di sisi lain, Amerika tidak ingin memperluas perang dan terjadi tindakan di luar kendalinya, sehingga Amerika sepakat dengan Iran untuk tidak memperluas perang dan menyeret kawasan ke dalam perang regional yang mempunyai konsekuensi mengerikan. Dalam hal ini, seorang pejabat Amerika menegaskan pada Kamis malam, 11 April 2024, “bahwa Amerika memperkirakan akan ada serangan dari Iran terhadap (Israel), namun serangan tersebut tidak akan cukup besar untuk menyeret Washington ke dalam perang.”
Alhasil, pada hari Ahad (7/4), Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian memulai tur regional yang dimulai di ibu kota Oman, Muscat, dan keesokan harinya ke Damaskus, berangkat ke Beirut pada pemberhentian ketiganya. Melalui tur ini, terlihat jelas ada pesan yang ingin disampaikan Iran. Adapun Oman terkenal dengan mediasinya dengan Amerika Serikat. Sedangkan Suriah, Lebanon, dan Irak, maka Iran punya senjata di sana. Semua ini menjelaskan bahwa Iran tidak berniat melancarkan serangan menyakitkan yang akan mengendalikan orang-orang Yahudi, dan memperluas perang, namun itu hanya ancaman dan intimidasi media. Inilah yang diungkapkan oleh penulis Iran Arasy Azizi kepada Al Arabiya Net, di mana dia berkata: “Teheran harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah kehilangan kemampuannya untuk melakukan pengendalian terhadap (Israel), sementara ia didorong untuk melakukan balasan. Iran juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia harus menghindari konfrontasi yang lebih luas dengan (Israel) karena dampaknya akan sangat besar.”
Hal ini ditegaskan oleh Mayor Jenderal Yahya Rahim Safavi, asisten dan penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, dalam upacara peringatan hari ketujuh atas pembunuhan Mayor Jenderal Mohammad Reza Zahedi menyusul serangan terhadap konsulat Iran, bahwa “(Israel) khawatir dan merasa takut akan kemungkinan pembalasan dan tamparan Iran, yang membuatnya merasa menyesal atas agresinya terhadap konsulat Iran di Damaskus.” Dia menambahkan: “Perang psikologis, politik dan media ini lebih menakutkan bagi Zionis daripada perang itu sendiri, dan ini telah memaksa beberapa dari mereka untuk melarikan diri dan yang lainnya pergi ke tempat perlindungan setiap malam karena mereka takut akan serangan Iran.”
Adapun terkait Amerika, melalui keriuhan dan pernyataan Iran ini, Amerika ingin menekan entitas Yahudi dan Netanyahu agar menerima solusinya. Situs web “Jadah Iran” mengutip sumber diplomatik yang tidak mau diungkap identitasnya, “Iran memberi tahu Amerika Serikat tentang hal itu, bahwa Iran akan menahan diri untuk tidak membalas serangan udara terhadap konsulatnya di Damaskus jika gencatan senjata tercapai di Gaza,” dan inilah yang coba diyakinkan oleh Amerika kepada entitas Yahudi.
Memang benar, rezim Iran mengarahkan ratusan drone pada Sabtu malam terhadap entitas Yahudi, dan entitas tersebut mengumumkan bahwa mereka akan menghadapi 99% darinya, bahkan entitas Yahudi telah mengetahui waktunya, sehingga dengan drama yang lemah ini, Iran menjadi pihak yang paling dirugikan dan takut akan balasan entitas Yahudi. Begitulah cara Iran menyelamatkan mukanya dengan serangan-serangan yang terkesan memalukan ini!
Ringkasnya: Rezim-rezim yang ada di negara-negara Muslim tidak layak atas tindakan para pemimpin dan tokoh-tokohnya. Lebih dari dua minggu telah berlalu sejak serangan terhadap konsulat, kami tidak mendengar apa pun dari rezim Iran kecuali keriuhan dan balasan yang terkesan memalukan, karena tidak sebanding dengan insiden yang terjadi. Jika rezim Iran serius untuk memberikan balasan yang sepadan, tentu ia akan segera melakukannya, bahkan sebelum jenazahnya dipindahkan, sehingga itu akan menjadi serangan yang sangat kuat dan tiba-tiba. Mengingat hal-hal seperti itu tidak dapat diselesaikan dengan diplomasi dan balasan yang lemah, apalagi dengan musuh yang pengecut yang akan menjadi lebib sombong karena kepengecutan dan kelambanan lawan. Seperti yang dikatakan penyair: “Kebiasaan masyarakat terhadap berhala adalah dengan menyembahnya … dan itu terjadi karena kehinaan masyarakat, bukan karena keagungan berhala.”
Wahai kaum Muslim dan tentara umat: Inilah situasi dan kenyataan di era Al-Ruwaibidah, para antek dan pengkhianat, tidak ada keamanan bagi kalian di bawah kekuasaannya, mereka tidak dapat membela kalian, dan mereka tidak dapat merespon tangisan perempuan dan anak-anak yang tertindas, sebab mereka terlalu pengecut untuk melakukan hal itu. Kalian adalah putra-putra dan pahlawan umat, kalian tidak punya pilihan untuk dapat mengakhiri penghinaan dan pelecehan dari pundak umat kecuali dengan menggulingkan mereka, mencabut penjajah dan sistem politiknya yang dipaksakan pada kalian, lalu tegakkan hukum Allah, dan bergeraklah untuk menolong kaum Muslim yang tertindas di Gaza dan negeri-negeri Muslim lainnya, kalian layak untuk melakukan kemuliaan ini. Ketahuilah dengan keyakinan bahwa ketenangan yang Amerika inginkan bukanlah demi darah tak berdosa di Gaza, namun Amerika takut dan khawatir akan gerakan kalian, karena Amerika yakin bahwa mereka dan sekutunya tidak akan mampu menghadapi kalian, maka penuhilah perintah Allah SWT.
﴿وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ﴾
“Janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim sehingga menyebabkan api neraka menyentuhmu, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (TQS. Hud [11] : 113). [] Al-Ustadz Ahmad Ath-Tha’iy – Irak
Sumber: alraiah.net, 17/4/2024.
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat