Iran Tak Bakal Serius Balas Meski Konsulatnya Diserang Zionis

Mediaumat.info – Apa yang diduga oleh banyak pihak bahwa Iran tidak akan melakukan serangan balasan yang serius, pasca kantor konsulatnya diserang Zionis Yahudi, dipandang ada benarnya.

“Iran tidak akan melakukan tindakan yang serius untuk menyerang entitas penjajah Yahudi, ini ada benarnya,” ujar Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi kepada media-umat.info, Jumat (5/4/2024).

Pasalnya, sambung Farid, sudah lebih dari cukup serangan-serangan yang selama ini digencarkan Zionis Yahudi atas target-target berkaitan dengan Iran.

Terbaru, sebagaimana dipaparkan sebelumnya, gempuran jet siluman F-35 terhadap kantor Konsulat Iran di Damaskus telah menewaskan dua jenderal dan lima penasehat militer, pada Senin (1/4) petang.

Bahkan serangan udara tersebut merupakan salah satu pukulan terbesar bagi Iran sejak pembunuhan Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayor Jenderal Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 2020, yang menurut Farid, dilakukan untuk kepentingan Zionis Yahudi.

Ditambah, peristiwa pembunuhan beberapa ilmuwan nuklir Iran pada 27 November 2020 silam. Kala itu, pembunuh bersenjata menembak mati Mohsen Fakhrizadeh di mobilnya dalam penyergapan di Kota Absard, di luar Ibu Kota Teheran.

Fakhrizadeh merupakan perwira di Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran. Dia telah dikenal sebagai salah satu fisikawan paling terkenal di Iran karena karyanya pada program nuklir negara itu, Proyek 111.

Menurut Farid, seperti disampaikan otoritas Iran sendiri, pelakunya dari Mossad, intelijen Zionis Yahudi. “Iran sendiri mengatakan pelakunya adalah Mossad, artinya dari Zionis Yahudi,” ungkapnya.

Celakanya, pasca serangan-serangan tersebut, Iran hanya sebatas melontarkan bakal membalas dendam dengan melakukan serangan balasan.

Maknanya, lagi-lagi Iran tak melakukan tindakan balasan serius yang signifikan, semisal mengirimkan jet-jet tempur mereka untuk melakukan pemboman target Tel Aviv.

Hal ini, kata Farid, makin menunjukkan kelemahan Iran di bawah rezim Republik Islam Iran yang sama sekali tak mencerminkan sikap islami.

Kalau berdasarkan Islam, ketika ada satu negeri Muslim diserang semestinya negeri Muslim yang lain melakukan serangan balasan siapa pun penguasanya.

Propaganda Murahan

Karena itu, sikap Iran berikut kampanye anti-Zionis Yahudi yang selama ini dilakukan, ditambah lontaran-lontaran pernyataan bakal melakukan serangan balasan, dinilai Farid sebagai propaganda murahan di berbagai opini publik.

Meski mengklaim telah menggunakan pihak kedua, sebutlah Hizbullah atau milisi-milisi di bawah kendalinya untuk menyerang Zionis Yahudi, menurut Farid, akan lebih efektif jika Iran melakukan serangan langsung.

Mengingat, Iran juga memiliki rudal jarak jauh yang telah ditembakkan ke Pakistan pada Januari lalu. Maksud Farid, melihat jarak Iran ke Tel Aviv tak lebih jauh dari Iran ke Pakistan, sesungguhnya Iran mampu melakukan serangan balasan langsung.

Namun sayangnya sikap itu tak diambil oleh Iran. “Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa Iran sebenarnya tidak sungguh-sungguh untuk memberangus entitas penjajah Yahudi,” tandasnya.

Di saat yang sama, sikap Iran yang tak melakukan serangan langsung ke Tel Aviv juga telah membuktikan bahwa negara ini masih berada dalam kontrol Amerika Serikat (AS).

Untuk diketahui, berhadapan dengan adidaya AS, misalnya, adalah konsekuensi dari negeri yang mengaku sebagai negara Islam atau ada wilayah kaum Muslim lain ketika diserang.

“Itu adalah konsekuensi yang seharusnya dihadapi oleh sebuah negara, apalagi kalau negara itu negara yang berdasarkan Islam,” tegasnya, seraya mengutip QS al-Baqarah ayat 194 yang artinya:

“Barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

“Ini sekaligus menunjukkan kegagalan konsep negara republik yang diklaim sebagai negara republik Islam Iran tidak lain sebenarnya turunan dari nation state sekuler,” tambahnya.

Menurut Farid, negara bangsa (nation state) adalah konsep bernegara hasil rekayasa yang dipaksakan oleh negara-negara Barat untuk memecah belah kaum Muslim.

Maka itu, tak ada pilihan bagi umat Islam di saat para penguasa negeri Muslim justru terkesan diam seribu bahasa ketika melihat Zonis Yahudi melakukan serangan yang makin membabi buta, selain kembali kepada sistem Islam.

Dengan kata lain, mereka tak pantas memimpin umat sehingga khilafah Islam ‘ala minhajin-nubuwwah tegak kembali berikut sang khalifah menjadi pemimpinnya.

“Lantas siapa yang pantas memimpin umat? Adalah khalifah dengan negara adidayanya yaitu khilafah,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: