Mediaumat.id – Koordinator Valuation for Energy and Infrastructure (Invest) Ahmad Daryoko mengungkapkan ada dukungan program one belt one road (OBOR) Cina di balik kebijakan utama pemerintahan Jokowi yang menggunakan jurus tangible (berwujud/dapat dilihat) berupa pembangunan infrastruktur.
“Jurus tangible ini memang lebih gampang karena bersifat fisik, terlebih ada dukungan Cina yang memiliki agenda internasional bernama OBOR (one belt one road),” tuturnya kepada Mediaumat.id, Senin (28/2/2022).
Menurut Daryoko, tidak mengherankan kalau kemudian muncul ide proyek pindah ibu kota (IKN) ratusan triliun. Kemudian pengerjaannya dilakukan secara sistem EPC (engineering, procurement, construction) yakni sistem yang penunjukan kontraktor, survei investigasi, perencanaan serta pelaksanaan lapangan dilakukan secara bersamaan/paralel.
Namun, ungkap Daryoko, pelaksanaan dengan EPC System ini menyebabkan filosofi, target, kriteria teknis dan seterusnya menjadi kabur. Apalagi, OBOR Cina diduga bertujuan untuk melakukan ekspansi penjajahan.
“Bertujuan untuk ekspansi penjajahan mereka (Cina) dengan strategi kucuran utang yang tidak terbatas serta pengerahan tenaga kerja (yang ditenggarai tentara merah),” ungkapnya.
Dalam praktiknya, pembangunan berbagai infrastruktur rezim Jokowi dinilai Daryoko tidak tidak sesuai target. “Kecuali target ‘politisi’ agar terdengar menggelegar dan mengalahkan orba,” ujarnya.
Demikian juga dengan proyek IKN, menurutnya, jangan ditanyakan tentang FS (feasibility study) berikut masalah lainnya. “Yang penting pokoknya harus pindah! Yang lain-lain pikir kemudian. Sekarang yang penting jurus pokoknya. Sekalian untuk pengkondisian strategi tiga periode ataupun perpanjangan masa jabatan presiden,” ungkapnya.
Perkara semuanya melanggar konstitusi itu urusan lain. “Bukankah rezim ini selama ini memang berjalan secara bar-bar dengan banyak mengacak-ngacak konstitusi?” pungkasnya.[] Ageng Kartika