Intervensi Turki Di Libya Untuk Melindungi Kepentingan Amerika

“Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sepakat pada hari Senin (8/6) tentang perlunya bekerja sama untuk menciptakan kondisi bagi proses perdamaian di Libya,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan (dailysabah.com, 9/6/2020).

**** **** ****

Sangat menarik bahwa Turki dan Rusia telah sepakat bahwa utusan baru PBB untuk Libya harus ditunjuk dengan cepat. Sungguh dukungan Turki untuk pemerintah Libya yang didukung PBB di Tripoli telah membantu mengubah keseimbangan di negara itu, sehingga memungkinkan pasukan yang berpusat di Tripoli untuk mengembalikan bandara ibukota dan memenangkan pertempuran melawan pasukan oposisi yang berpusat di timur, yang dipimpin oleh Jenderal Khalifa Haftar yang pro-Amerika. Sementara Mesir menyerukan gencatan senjata yang dimulai pada hari Senin sebagai bagian dari inisiatif untuk membentuk dewan kepemimpinan terpilih untuk Libya. Pendukung Haftar menyambut proposal tersebut, bersama dengan Rusia dan Uni Emirat Arab (UEA). Erdogan mengatakan pada hari Senin bahwa ia telah mencapai kesepakatan dengan timpalannya dari AS Donald Trump yang dapat menandai “era baru” di Libya. Erdogan membuat komentar ini dalam wawancara televisi dengannya setelah berbicara via telepon dengan Presiden AS, tetapi dia tidak mengklarifikasi bentuk perjanjian yang dicapai. “Setelah pembicaraan kami tentang proses transisi di Libya, era baru dapat dimulai antara Turki dan Amerika Serikat, kami telah mencapai beberapa perjanjian,” kata Erdogan kepada Türkiye Radyo ve Televizyon Kurumu (TRT).

Jelas bahwa Amerika telah mengambil kendali atas proyek-proyek Eropa dalam membentuk pemerintah persatuan yang mencakup wilayah barat dan timur di Libya, serta mewujudkan stabilitas di negara yang menguntungkannya. Dengan bergabungnya Turki dalam konflik bersama dengan pemerintah di Tripoli, sungguh pengaruh Eropa dalam proses transisi telah terpinggirkan. Meskipun Jenderal Haftar netral, namun ia tetap menjadi agen CIA yang loyal, dan akan digunakan dalam proses transisi untuk mempercepat pembentukan pemerintah persatuan. Amerika sekali lagi menggunakan jasa Turki dan Rusia untuk mencapai proyek-proyeknya di Libya, sama seperti ketika Amerika menggunakan kedua kekuatan itu untuk mencapai proyek-proyeknya di Suriah, dan untuk melindungi pemerintah anteknya, Bashar al-Assad.

Adapun era baru Libya, maka Erdogan tidak berencana untuk mengembalikan wilayah Tripoli, yang merupakan bagian dari negara Utsmaniyah, justru sebaliknya, ia ingin memperluas lingkaran pengaruh Amerika di Afrika Utara, sehingga berita ini sangat mengganggu bagi Eropa, terutama Inggris, di mana para anteknya di Tunisia, Aljazair dan Maroko, akan menghadapi tekanan besar untuk kepentingan Amerika atau perubahan sistem di dalamnya, mengingat antek-antek Amerika akan menggantikan antek-antek Eropa, termasuk juga antek-antek Inggris.

Sungguh sangat memalukan melihat Turki merealisasikan kepentingan Amerika di Arab Maghrib dengan cara pengkhianatan ini. Selama perang barbar yang terjadi antara (tahun 1800 hingga 1815), Turki bergerak sebagai ibukota kekhalifahan Utsmaniyah, di mana Turki bergerak serta bergabung dengan wilayah Tripoli untuk mengusir Amerika keluar dari kawasan Maghreb. Orang-orang Turki dan kaum Muslim di wilayah tersebut memahami bahwa tidak boleh (haram) kekuatan Barat memiliki otoritas atas negeri-negeri kaum Muslim. Sebagaimana Allah subhānahu wa ta’āla berfirman: “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (TQS An-Nisa’ [4] : 141).

Dan selama kaum Muslim di Libya belum mengalahkan dan menyingkirkan pengaruh asing, maka seluruh wilayah akan tetap berada di bawah kendali kekuatan kaum kafir kolonial, dengan potensi transisi kekuasaan dari pengaruh Eropa ke pengaruh Amerika. Orang-orang Turki harus kembali ke akar Islam mereka dan menolak untuk bekerja sama dengan kekuatan kaum kafir kolonial, seperti Uni Eropa, Amerika, dan Rusia. Allah subhānahu wa ta’āla berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.” (TQS Al-Mumtahanah [60] : 1).

Kaum Muslim di Libya dan Turki harus berjuang bersama untuk mengembalikan kekhilafahan yang tegak di atas metode kenabian, dan, untuk memulai era baru kemerdekaan dan kemuliaan bagi kaum Muslim, termasuk kaum Muslim di Arab Maghrib (Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, Mauritania, dan wilayah sengketa Sahara Barat). [Abdul Majid Bahati]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 12/6/2020.

Share artikel ini: