Dalam program “Pelajaran dari Masjid Al-Aqsa”, Jum’at 28/05/2021, Syeikh Isham Amirah (Abu Abdillah), menyampaikan materi dengan judul: “Insiden Gaza antara Karunia dan Malapetaka”.
Allah SWT berfirman:
[لَن يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى ۖ وَإِن يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنصَرُونَ]
“Mereka tidak akan membahayakan kamu, kecuali gangguan-gangguan kecil saja, dan jika mereka memerangi kamu, niscaya mereka mundur berbalik ke belakang (kalah). Selanjutnya mereka tidak mendapati pertolongan.” (TQS. Ali Imran [3] : 111).
Ini adalah ringkasan terkait hal yang paling menonjol dari pelajaran tersebut:
Insiden Masjidilaqsa dan isu Syeikh Jarrah di al-Quds (Yerusalem) memiliki gaung dan pengaruh di hati kaum Muslim, sehingga wajar jika seluruh umat dari berbagai level kompak untuk bergerak.
Gagasan Palestinaisasi, isu Masjidilaqsa atau Arabisasi itu telah mati, dan kembali pada penempatan yang seharusnya sebagai masalah Islam, bahkan kami mendengar dari Pakistan, Turki, Yordania dan Irak suara-suara yang belum terdengar sebelum momentum ini, yaitu menyerukan pembebasan Palestina.
Gagasan solusi dua negara tidak lagi dibahas kecuali di kalangan politisi yang telah mengkhianati umat.
Berbagai insiden telah menunjukkan bahwa umat Islam mampu membebaskan Masjidilaqsa yang diberkahi, jika ada kepemimpinan politik yang tulus dan serius, sebagaimana pembebasan itu telah berhasil diwujudkan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dan tentaranya.
Di dalam Masjidilaqsa perlu tindakan yang meningkat, dalam hal pelayanan, tempat-tempat wudhu, dan kebersihan; sedang dari sisi masyarakat, tidak diperbolehkan bersuara tinggi di masjid, serta membuat kegaduhan dan kerusuhan; sementara dari sisi sebagai khothib Jum’at, maka dia harus meninggikan suaranya.
Pengibaran bendera Sykes-Picot di Al-Aqsa adalah perbuatan yang buruk, dan tidak menunjukkan solidaritas terhadap Gaza. Sementara solidaritas terhadap Gaza artinya, seperti mengibarkan panji Brigade Gaza. Adapun bendera Sykes-Picot sudah dilupakan oleh rakyat Palestina, dan mereka telah membuangnya ke belakang.
Rakyat Palestina adalah ujung tombak umat Islam, namun mereka adalah tahanan yang tidak bisa berbuat mewakili umat Islam, sehingga tidak boleh menggugurkan kewajiban pembebasan Palestina dari umat Islam.
Kesadaran telah meningkat di kalangan umat dan para tentara, karena mereka adalah generasi umat, sehingga sangat penting untuk memusatkan perhatian pada pergerakan tentara di negeri-negeri Muslim adalah sebuah kewajiban. Sungguh, kewajiban ini tidak boleh digugurkan dari mereka, sekalipun para penguasa mereka pengkhianat. Umat harus menggulingkan mereka dam membebaskan Palestina di bawah kepemimpinan negara yang oleh Nabi SAW disebut dengan “Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah”.
Umat sudah lebih dekat pada kemenangan daripada sebelumnya, dengan pertolongan Allah SWT. []
https://www.facebook.com/254975811666222/posts/1138839986613129/