Mediaumat.info – Menanggapi perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), Direktur INS Institute M Yanuar menyatakan bahwa AI seperti paradoks.
“Memang ini seperti paradoks karena AI ini berkembang membutuhkan banyak data,” tuturnya dalam Kabar Petang: Perang AI Dorongan Platform Seenaknya Keruk Data Pribadi Pengguna? di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (13/3/2024).
Kalau ingin AI itu lebih canggih, lebih jago maka butuh banyak data dan kadang kala data ini mengganggu privasi maka pengkajian untuk mengetahui plus minus dan lain sebagainya.
Apalagi, jelas Yanuar, di negara-negara yang privasi sangat lemah, tidak dilindungi oleh negara atau undang-undang sehingga perusahaan-perusahaan teknologi atau pengembang AI lebih mudah mendapatkan data-data yang sangat sensitif dan lain sebagainya.
Mungkin prediksi Yanuar, salah satunya nanti Indonesia juga termasuk karena undang-undang perlindungan data pribadi baru disahkan tahun lalu dan baru berlaku tahun ini. Padahal negara-negara lain sudah bertahun-tahun yang lalu.
“Sangat terlambat sekali. Di mana data-data di Indonesia sudah banyak yang keluar dari Indonesia, dimanfaatkan oleh para hacker dan lain sebagainya,” sesalnya.
Ia mengungkapkan fakta kasus iklan judi online yang di situ seakan-akan di-endorse atau dipromosikan oleh ustadz-ustadz yang ada di Indonesia, padahal itu tidak pernah terjadi.
“Jadi mereka mengambil data-data pengguna yang berasal dari publik, dari internet terutama orang-orang yang terkenal publik figur lalu kemudian menggunakan teknologi defect dan AI sehingga seakan-akan seperti ustadz-ustadz tersebut mendukung atau mempromosikan iklan judi online, padahal itu tidak,” ungkapnya.
“Nah, ini menunjukkan memang konsen yang sangat utama yang terkait dengan AI adalah privasi. Itu dibutuhkan aturan untuk mengatur hal ini,” pungkasnya. [] Ajira