Mediaumat.id – Bicara sejarah peradaban dunia, Direktur Institute of Islamic Analysis & Development (Inqiyad) Dr. Fahmi Lukman, M.Hum. mengungkapkan, Islam mampu dan pernah membangkitkan peradaban yang berkeadaban.
“Islam mampu membangkitkan sebuah masyarakat menjadi sebuah masyarakat yang memiliki peradaban yang memiliki keadaban,” ujarnya dalam FGD #26 FDMPB, Refleksi dan Prediksi Keumatan: Peluang dan Tantangan Peradaban Islam, Kamis (30/12/2021) di kanal YouTube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.
Bahkan seperti diketahui, selama lebih dari 13 abad, Islam memang pernah menjadi sebuah peradaban dunia yang sangat luar biasa, berikut kemajuan-kemajuan sains dan teknologinya.
Terkait itu, Fahmi mengatakan, bahwa karakteristik manusia berkaitan erat dengan persoalan mindset, yang ia sebut dengan istilah ideologi atau world view. “World viewnya apa?” ucapnya.
Sehingga, seperti halnya ideologi kapitalisme berikut sekularisme dan liberalismenya, atau sosialisme-komunisme dengan materialismenya yang rusak dan merusak, maka ideologi-ideologi itu menurut Fahmi sebenarnya tidak sesuai dengan fitrah manusia.
Sebab alih-alih menyejahterakan, ideologi-ideologi itu justru telah menghancurkan peradaban kemanusiaan dan kebudayaan, sebagaimana terpampang jelas di dalam kondisi masyarakat sekuler di negara-negara yang memang mengadopsi ideologi tersebut.
Ideologi dan Agama
Berkenaan dengan korelasi ideologi dengan agama, ia menerangkan bahwa manusia dalam beragama ada dua cara sebagaimana yang disampaikan oleh Gordon Willard Allport dalam buku The Individual and His Religion: A Psychological Interpretation.
Pertama, cara beragama secara ekstrinsik. Agama, di situ dikatakan hanya sekadar sesuatu yang dimanfaatkan di dalam kehidupan, namun tidak berfungsi dalam konteks mengendalikan perilaku manusia. “Inilah gambaran yang terdapat dalam masyarakat yang sekulerisme, yang liberalisme, yang kapitalisme,” terangnya.
Dampaknya, kutip Fahmi, cara seperti itu akan menghancurkan masyarakat dengan disertai munculnya politik menghalalkan segala macam cara demi mencapai tujuan. Tak hanya itu, sistem perekonomian pun menjelma kapitalistik. “Yang kuat dia akan memakan yang lemah,” tukasnya.
Kedua, secara intrinsik. “Agama itu sebagai pengendali terkait dengan keinginan apa yang menjadi motivasi, jadi kekuatan yang memandu perilaku manusia,” jelasnya.
Oleh karena itu, kalau tidak segera mengubah pola berpikir cara beragama, maka ia memandang, outlook di tahun 2022 tak akan jauh berbeda dengan yang terjadi pada hari ini. “Apalagi ketika kita masuk tahun politik, maka perilaku manusia akan semakin lebih luar biasa dalam konteks negatif,” ucapnya.
Di sisi lain, tambahnya, keberhasilan Islam mengubah masyarakat Arab yang semula terbelakang, jahiliah dan tidak berkeadaban menjadi sebuah bangsa yang memiliki tingkat peradaban tinggi, sudah tak diragukan lagi.
“Peradaban Islam pada masa yang lalu telah berhasil membangun sinergisitas kemajuan sains dan teknologi dengan keadaban-keadaban, dengan moralitas, dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat yang religius,” tuturnya.
Dengan demikian, patutlah bagi yang merasa mencintai Indonesia dengan seluruh jiwa raga, tak mungkin rela diarahkan menjadi masyarakat yang sekuler, kapitalistik atau pun liberal. “(Justru) kita akan menggeser pemikiran dan pemahaman masyarakat ini menjadi masyarakat yang kembali kepada nilai-nilai fitrah manusia,” jelasnya.
Pun menurut Fahmi, sangat relevan ketika ia menawarkan Islam sebagai jalan keluar atas berbagai macam problematika kehidupan masyarakat saat ini. “Pertanyaannya, maukah kita mendiskusikan itu secara objektif tanpa tuduhan-tuduhan yang terkait dengan masalah radikalisme ujungnya nanti terorisme?” tanyanya.
“Why not? Saya kira ruang ini harus kita buka untuk kemudian kita diskusikan secara ilmiah, secara elegan, secara objektif dengan bahasa yang sangat rasional dengan data. Dan saya kira kita harus memulai untuk masalah itu,” pungkasnya.[] Zainul Krian