Inilah Skenario Exit Strategy Amerika Keluar dari Afghanistan

Mediaumat.news – Direktur Forum on Islamic World Studies Farid Wadjdi mengatakan sampai saat ini Amerika masih belum mendapatkan exit strategy yang pas dan menguntungkan saat keluar dari Afghanistan nanti.

“Sampai sekarang sebenarnya Amerika belum mendapatkan exit strategy yang pas dan benar-benar menguntungkan Amerika Serikat dan benar-benar mempertahankan kepentingan Amerika Serikat di sana,” ujarnya dalam acara Kabar Petang, Kamis (1/7/2021) di kanal YouTube KC News.

Farid menilai, saat ini Amerika mengalami dilema seperti memakan buah simalakama kalau bertahan di Afghanistan. Sebab hal itu akan merugikan finansial yang sangat besar, padahal kondisi ekonomi Amerika saat ini juga tidak bisa disebut baik.

Sehingga, kata Farid, Amerika mencoba beberapa exit strategy untuk keluar dari Afghanistan. Pertama, melalui pemerintahan boneka. Strategi ini gagal karena tidak mendapatkan dukungan dari rakyat Afghanistan. Rezim boneka ini dituding banyak melakukan korupsi sehingga pemerintahan boneka ini tidak bisa mengendalikan Afghanistan.

Kedua, negosiasi dengan Taliban atas nama perdamaian. Strategi ini juga gagal karena banyak pihak yang meragukan bahwa pihak yang diajak bernegosiasi oleh Amerika benar-benar mewakili Taliban. Ini terbukti dengan pecahnya berbagai perang di wilayah Afghanistan sekarang ini. Dan saat ini Taliban semakin banyak menguasai wilayah Afghanistan menjelang penarikan pasukan Amerika.

Ketiga, dengan memanfaatkan negara-negara regional di sekitar Afghanistan yang selama ini digunakan untuk mengokohkan kepentingan Amerika seperti Pakistan dan Turki. Atau menggunakan Rusia, seperti yang dilakukan oleh Amerika di Suriah.

Keempat, membiarkan Afghanistan tetap dalam kekacauan, tapi tetap mempertahankan kepentingan-kepentingan vital Amerika seperti skenario di Irak. Di Irak Amerika membiarkan Irak kacau karena tidak ada satu kelompok pun yang berkuasa. Tapi Amerika memastikan bahwa sumur-sumur minyak Irak masih berada dalam kendalinya.

Farid memandang, bahwa skenario terakhir ini akan ditempuh Amerika di Afghanistan. Dan saat ini sudah tampak dengan Amerika memprovokasi pemerintahan bonekanya atas nama pertahanan sipil untuk melawan apa yang Amerika sebut sebagai ancaman terorisme, dan itu mengarah pada Taliban. Akibatnya terjadi suplai-suplai senjata kepada masyarakat sipil.

Sehingga, lanjut Farid, jelas sangat mungkin menimbulkan kekacauan yang luas di Afghanistan. Maka dengan cara itulah Amerika bisa menyelamatkan mukanya yang seolah-olah Amerika mengatakan, “Yang salah itu bukan kami, tapi yang berkelahi, yang bertikai, yang bertempur itu mereka sendiri.”

“Itu mungkin upaya Amerika untuk menjaga citranya di Afghanistan, setelah mereka itu meninggalkan Afghanistan,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

Share artikel ini: