Mediaumat.id – Menyoroti pemerintahan Ghana yang gagal bayar utang miliaran dolar Amerika Serikat, peneliti dari Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKTA) Muhammad Ishak memberikan beberapa poin penyebab utang Ghana.

“Ghana ini memang adalah negara yang sejak merdeka dari Inggris 1957 ini memang selalu mengandalkan bantuan atau utang luar negeri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara ini,” tuturnya dalam Kabar Petang: Setelah Ghana, Indonesia Bangkrut? di kanal YouTube Khilafah News, Sabtu (14/10/23).

Ia pun mengungkapkan, utang-utang ini tidak bisa dikelola oleh pemerintah Ghana. Di sisi lain, pemberi kredit itu memberikan syarat-syarat yang justru membuat negara Ghana tidak bisa mandiri dan tidak bisa lepas dari utang itu sendiri.

“Karena memang persyaratan-persyaratan yang diajukan di IMF ini selalu mengacu pada kebijakan fiskal ya, misalnya pengurangan belanja publik, pengurangan subsidi, pengurangan transfer ke masyarakat,” jelasnya.

Artinya, lanjut Ishak, ekonomi Ghana ini tidak membaik. “Itu yang pertama,” ungkapnya.

Kemudian yang kedua, Ishak menyampaikan, Ghana merupakan salah satu negara yang mengandalkan impor. Akibatnya saat terjadi perang Ukraina dan Rusia harga-harga pangan itu naik.

“Otomatis barang-barang yang di Ghana yang diimpor dalam sisi pangan ini juga akhirnya terjadi inflasi,” bebernya.

Inflasi ini, lanjut Ishak, memperburuk nilai tukar mata uang Ghana. “Insflasi yang tinggi ini semakin memperburuk nilai tukar mata uang Ghana,” ujarnya.

Ketika nilai tukar mata uang ini buruk, jelas Ishak, otomatis Ghana semakin sulit bayar utangnya.

“Utang-utang ini kan dinilai dengan mata uang asing, khusunya dengan dolar, ini yang menjadikan Ghana semakin lama semakin sulit untuk membayar utangnya karena bunganya semakin besar,” jelasnya.

Ishak menilai, Ghana ini masuk ke dalam jebakan utang. Pendapatan negara yang dari pajak ini habis untuk bayar utang. Negara tidak lagi memiliki anggaran yang memadai untuk infrastruktur.[] Teti Rostika