Inilah Makna Hijrah Sesungguhnya

 Inilah Makna Hijrah Sesungguhnya

Mediaumat.id – Kiai Abu Inas dari Tabayyun Center menjelaskan makna hijrah sesungguhnya.

“Di dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Rasulullah menegaskan, ‘Orang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah’,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Hijrah dari Sistem Jahiliah, Jumat (14/7/23) di kanal YouTube Khilafah News.

Dari hadits tersebut, ia menjelaskan makna hijrah senantiasa relevan di setiap zamannya, apalagi kalau dimaknai secara mendalam bahwasanya saat ini yang berlaku di tengah-tengah masyarakat adalah sebuah sistem yang justru membiarkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.

“Itu dianggap sebagai sebuah hak untuk dilaksanakan atau sebuah hak untuk eksis, sedangkan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah itu hanya sebuah option hanya sebuah pilihan di tengah masyarakat yang sekularistik ini,” ujarnya.

Ia menilai, untuk saat ini zaman sudah sangat jauh dari yang Allah harapkan. “Hijrah yang meninggalkan sesuatu yang dilarang Allah menuju pelaksanaan semua yang diperintahkan Allah secara kaffah itu berlaku di setiap zaman,” ungkapnya.

Kiai Abu Inas melanjutkan, ketika bertemu paradigma tersebut, maka kaum Muslim akan tahu tentang meneladani hijrahnya Rasulullah SAW dan para shahabat dari Makkah ke Madinah.

“Ternyata begitu Rasulullah hijrah ke Madinah waktu itu maka begitu Rasulullah tiba di Madinah itu, maka saat itu juga Rasulullah memberlakukan Islam itu secara kaffah, secara sempurna, tentu saja sesuai pada masing-masing poin ajarannya,” lanjutnya.

Ia juga membeberkan, kaum Muslim akan tahu ketika Rasulullah SAW menjadi kepala negara. “Bagaimana Rasulullah membangun masjid sebagai pusat peradaban, Bagaimana kemudian Rasulullah menyiapkan kaum Muslim untuk bersiap menghadapi musuh-musuhnya hingga secara fisik, Bagaimana Rasulullah mengurus rakyat, Bagaimana Rasulullah mengurus kesehatan dengan menugaskan para dokter, Bagaimana Rasulullah apa mengatasi paceklik,” bebernya.

Sedangkan ketika kaum Muslim belum memiliki institusi, maka menurut Kiai Abu Inas, yang terjadi berbagi persoalan-persoalan yang ada saat ini mulai bertumpuk-tumpuk.

“Karena kendali negara ini yang memerintah dan melarang, memerintah, pelaksanaan sesuatu, dan melarang untuk tidak melakukan sesuatu itu, kendalinya tidak di tangan kaum Muslim.  Sudah begitu saat ini lebih parah lagi bukan hanya pengendalinya itu bukan di tangan kaum Muslim, tetapi sistem yang diterapkan itu pun bukanlah sistem yang betul-betul islami,” ujarnya.

Ia mengibaratkan seperti halnya kalah dua set yakni sistemnya dan dari sisi pelakunya. “Makanya kita lihat ya, kita lihat apa ya sebetulnya tiap 1 Muharram itu semangat kaum Muslim itu ada, tetapi hijrahnya itu kan masih apa belum totalitas hijrahnya, seolah-olah hanya hijrah dari sisi pelaku, ya dari sisi pelaku. Nah, sedangkan dari sistem belum disentuh sama sekali,” tuturnya.

Ia menilai setiap pemilu yang diadakan lima tahun sekali hanya berganti wajah dari pelakunya atau berganti wajah dari rezimnya. “Selama sistemnya juga tidak diubah, maka yang terjadi adalah pengulangan-pengulangan ketidakberdayaan kaum Muslim, pengulangan ke tertindasan kaum Muslim,” katanya.

Ia mengajak kepada kaum Muslim untuk berhijrah secara totalitas dalam dua ranah. “Sistemnya maupun ranah pelaku-pelakunya harus betul-betul kita garap bersama,” pungkasnya.[] Setiawan Dwi

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *