Mediaumat.id – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menunjukkan kedustaan penguasa Arab yang melakukan normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi dengan semakin agresifnya penjajah tersebut membangun pemukiman ilegal di wilayah Tepi Barat, Palestina.
“Terkait dengan berita Israel makin agresif bangun pemukiman ilegal di Tepi Barat, pertama ini menunjukkan kedustaan para penguasa Arab yang melakukan hubungan damai atau normalisasi diplomatik dengan entitas penjajah Yahudi,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Jumat (30/6/2023).
Menurutnya, selama ini logika yang dibangun oleh para penguasa Arab bahwa dengan melakukan normalisasi itu mereka akan bisa berbuat lebih banyak untuk Palestina bahkan menghentikan kekejaman yang dilakukan oleh entitas penjajah Yahudi. “Tapi kenyataannya kan tidak terbukti,” ujarnya.
Banyaknya negara-negara Arab yang melakukan normalisasi, kata Farid, bukan menghentikan penjajah Yahudi. Bahkan sebaliknya, seolah melegitimasi kejahatan-kejahatan Yahudi ini.
“Dengan pandangan atau perspektif bahwa negara-negara Arab saja meskipun penduduk Palestina dizalimi, tanahnya dirampas, mereka itu tidak berbuat banyak. Malah melakukan hubungan damai dengan Israel. Ini kan seolah melegitimasi kejahatan penjajah Yahudi tersebut,” ungkapnya.
Pengkhianatan
Peristiwa ini, kata Farid, juga merupakan bentuk pengkhianatan yang nyata dan vulgar dari penguasa-penguasa Arab yang melakukan hubungan damai dengan entitas penjajah Yahudi.
“Ini menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan ini sesungguhnya cerminan bahwa mereka itu adalah penguasa-penguasa boneka yang menjalankan skenario-skenario Amerika yang memastikan bahwa entitas penjajah Yahudi ini tetap terjaga,” bebernya.
Farid menilai, penguasa-penguasa Arab inilah yang juga berperan untuk menjaga identitas penjajah Yahudi dengan sikap-sikap mereka seperti melakukan hubungan damai dengan entitas penjajah Yahudi ini.
“Kalau ditanya tidak adakah yang bisa menghentikan penjajahan Israel ini? Ada. Bisa dihentikan entitas penjajah Yahudi ini. Siapa yang bisa melakukannya? Umat Islam yang membangun kekuatan politik yang dengan kekuatan politik ini akan memobilisasi tentara-tentara negeri Islam untuk kemudian dikirim ke Palestina membebaskan penjajah Yahudi ini,” tuturnya.
Menurutnya, karena ini kekuatan politik maka tentu dibutuhkan negara yang melakukan mobilisasi itu dan negara itu adalah negara Khilafah.
“Kita sangat sulit berharap dengan negara-negara yang ada di negeri-negeri Islam sekarang yang keberadaannya itu lahir dari rahim kolonialisme yang dipelihara oleh negara-negara kolonial dengan penguasa-penguasa yang mengabdi kepada para kolonial,” ungkap Farid.
“Karena itu relevansi khilafah itu menjadi penting ya untuk membebaskan Palestina dari entitas penjajah Yahudi,” tandasnya.
Farid menegaskan posisi para penguasa negeri Islam dalam masalah ini adalah posisi pengkhianat dan posisi yang justru melegitimasi kejahatan penjajah Yahudi.
“Tapi ini sebenarnya sekaligus menunjukkan bahwa para penguasa-penguasa Arab dan penguasa-penguasa yang melakukan pengkhianatan ini sedang menggali lubang kejatuhan mereka sendiri karena umat sesungguhnya melihat pengkhianatan mereka,” katanya.
Farid mengatakan, para penguasa Arab ini, bukan hanya berkhianat terkait dengan Palestina, tapi juga berkhianat melayani kepentingan kepentingan negara-negara imperialis.
“Mereka juga berkhianat ketika mereka tidak sungguh-sungguh untuk menyelesaikan persoalan-persoalan umat, termasuk kemiskinan. Dan ini semua merupakan tanda-tanda semakin dekatnya kejatuhan penguasa-penguasa yang berkhianat ini,” ujarnya.
Menurutnya, yang harus dilakukan kaum Muslim agar entitas penjajah Yahudi enyah dari Palestina yakni dengan membangun kekuatan politik. “Kekuatan politik itu hanya bisa dan ada kalau umat Islam bersatu di bawah naungan khilafah Islam,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it