Mediaumat.news – Pengamat Ekonomi Arim Nasim mengungkap apa yang terjadi di balik peningkatan utang pemerintah yang naik signifikan mulai era Jokowi, sehingga ke depan, seperti diprediksikan Ekonom Senior Indef Didik J Rachbini, setiap tahun Indonesia harus membayar utang sebesar Rp 1.000 triliun (setara 1.500 persen anggaran pendidikan).
“Utang ini kan merupakan bentuk balas jasa ya dari rezim saat ini untuk dukungan para kapitalis saat Pemilu,” ujarnya dalam acara Kabar Malam, Kamis (1/10/2020) di kanal Youtube Khilafah Channel.
Menurutnya, wajar jika pemerintah saat ini terus berutang. Karena rezim saat ini terpilih lantaran bantuan dari para kapitalis baik asing dan aseng. Sehingga, sebagai “agen” kapitalis, jelas kebijakan-kebijakan yang muncul bertujuan untuk memuluskan agenda kapitalis di negeri ini.
“Utang ini kan alat penjajahan modern, lihat saja negara-negara yang berhutang, maka SDA-nya akan dikuras habis,” ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Arim, rezim ini bukan gagal mengelola sumber daya alam. Tapi memang tidak mengelola sumber daya alam. Kalau gagal, artinya sudah ada upaya pengelolaan dari pemerintah, sedangkan saat ini tidak. Yang pemerintah lakukan justru mengeluarkan undang-undang yang membuat para kapitalis legal menjarah sumber daya alam negeri ini.
“Utang kan alat penjajahan ekonomi, jelas ini tidak ditujukan untuk kepentingan rakyat. Kalaupun ada, rakyat hanya mendapatkan recehannya saja. Sebenarnya utang kita untuk apa sih? Untuk infrastruktur. Infrastruktur untuk siapa? Para kapitalis. Contohnya kereta cepat Jakarta – Bandung” tutur Arim.
Arim kemudian menyebut keadaan saat ini tidak jauh berbeda dengan zaman penjajahan. Penjajah memang membangun infrastruktur di negeri jajahannya, tapi bukan untuk kepentingan rakyat, melainkan untuk kepentingan bisnis penjajah.
“Jadi para kapitalis ini memiliki dua keuntungan sekaligus. Yang pertama melalui bunga utang dan kedua keuntungan bisa mengeksploitasi negara yang berutang,” bebernya.
Menurutnya sangat sulit bagi Indonesia lepas dari jeratan utang selama sistem ekonomi yang dipakai masih pro kapitalis.
“Selama cuma pergantian orang, bukan sistem maka selama sumber daya alam kita belum habis, maka utang juga tidak akan bisa dihentikan. Solusinya adalah melepaskan diri dari jeratan kapitalis dan mengadopsi sistem ekonomi Islam yang bebas dari bunga utang luar negeri. Tapi untuk mengubah sistem ekonomi Islam, maka sistem politiknya juga harus menganut sistem politik Islam,” pungkasnya.[] Billah Izzul Haq