Mediaumat.id – Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroki mengungkapkan penyebab tumbuh dan berkembangnya karakter para oligarki dalam jalannya perpolitikan di Indonesia.
“Permasalahannya adalah kenapa karakter para oligarki itu bisa tumbuh dan berkembang dalam sistem politik yang ada,” ujarnya dalam Perspektif PKAD: Gawat!!! Kontestasi Nasional dalam Cengkeraman Oligarki, Selasa (15/11/2022) di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.
Salah satu faktornya, menurut Wahyudi, adalah perhelatan pemilu yang notabene butuh biaya sangat mahal. “Saya di beberapa kesempatan menyebut (pembiayaan pemilu) super mahal itu menunjukkan bahwa mereka tidak akan memberikan ruang atau celah untuk merugikan kepentingan mereka,” tandasnya.
Maksudnya, dalam konteks pemilu itulah dua kepentingan bertemu. Masing-masing adalah kepentingan mempertahankan atau memperbesar bisnis dan mempertahankan atau malah memperbesar kekuasaan.
“Di situlah urgensitasnya sehingga mereka bisa melahirkan berbagai kebijakan, melahirkan berbagai kepentingan maupun regulasi dan undang-undang yang akhirnya semua itu tidak lepas dari kepentingan mereka,” ucapnya, seraya menyebutkan posisi rakyat di sini hanya dijadikan stempel legalisasi.
Sehingga, kata Wahyudi, kondisi atau karakter seperti itu bakal berlanjut apabila di dalam mengambil suatu sistem politik pemerintahan, masyarakat keukeuh mendasarkan pada demokrasi.
Dengan kata lain, demokrasi adalah tempat tepat untuk tumbuh dan berkembangnya para oligarki yang bakal menyokong setiap perhelatan lima tahunan tersebut, sebagaimana pernyataan dua tokoh politik nasional baru-baru ini.
Pernyataan Wahyudi tersebut merespon pernyataan Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh yang mengatakan pihaknya tak menampik jika seandainya ada pemodal besar yang bersedia untuk menghadapi kontestasi nasional.
“Siapa pemodal besar itu, kita pun juga kepingin, coba sebutkan kita kepingin, katakan kita kepingin. Kalau ada pemodal besar terutama yang mau dekat dan bersimpati kepada NasDem, saya katakan hormat, siap aja,” kata Surya usai perayaan HUT NasDem ke-11, di JCC, Jakarta, Jumat (11/11/2022).
Bahkan sebelumnya, tokoh lainnya, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS Mardani Ali Sera menyebut perlawanan oligarki menjadi salah satu alasan deklarasi Koalisi Perubahan tertunda.
Mardani mengaku saat ini pihaknya tengah menggalang format gerakan. Pihaknya tidak menginginkan keterlibatan pemodal besar dalam koalisinya bersama Nasdem yang ingin mendeklarasikan Koalisi Perubahan bersama Partai Demokrat pada Kamis (10/11/2022). Namun, deklarasi itu urung digelar.
“Kami di Koalisi Perubahan lagi coba, kenapa agak lama? Bocoran sedikit, kami lagi lawan oligarki, ini enggak boleh ada pemodal besar yang menguasai kita,” kata Mardani dalam diskusi yang digelar Kaukus Muda Indonesia (KMI) di Salemba, Jakarta Pusat, pada waktu yang sama.
Malah, Mardani menambahkan, oligarki politik merupakan salah satu penyakit demokrasi di Indonesia yang timbul akibat tingginya biaya politik.
Lantaran itu, Wahyudi pun tak heran ketika salah satu mantan presiden Amerika Serikat dalam hal slogan menyebutkan, demokrasi bukan lagi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. “Tetapi berubah menjadi from company, by company, and for company,” terangnya, seperti halnya perusahaan dalam bahasa sekarang oligarki yang berarti identik mencari keuntungan.
Artinya, selama umat masih menggunakan sistem politik demokrasi berikut sekulerismenya, maka kaum oligarki akan semakin tumbuh dan berkembang, serta lebih berpengaruh.
“Bahkan mereka mencengkeram negara dengan kuku-kukunya yang semakin tajam dan dalam kemudian ditunggangi untuk kepentingan bisnis mereka atau kepentingan politik mereka,” singgungnya, tentang jahatnya peran kaum oligarki di dalam sistem demokrasi selama ini.
Solusi
Terkait masalah tersebut, Wahyudi pun memberikan dua solusi. Pertama, mengubah tatanan sistem politik mahal menjadi efisien dengan mencari sistem terbaik sebagai pengganti yang lama.
Kedua, menempatkan orang-orang baik dalam hal ini bertakwa, sebagai sosok pemimpin umat. “Kita juga butuh orang-orang baik, orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang berkualitas, punya kemampuan tetapi juga amanah dalam konteks keagamaan dan ketakwaan,” tuturnya.
Dengan sistem dan sosok pemimpin yang baik, diharapkan akan memaksa masyarakat untuk pula menjadi baik, lebih-lebih bertakwa. “Kita harus membangun dua-duanya. Membangun sistem itu berubah menjadi baik, membangun orang juga semakin bertakwa dan baik,” imbaunya.
Untuk itu, ia pun mengajak seluruh umat Islam untuk senantiasa istiqamah menawarkan konsep Islam berikut contoh para pemimpin Muslim yang telah sukses melaksanakan kepemimpinan di muka bumi ini.[] Zainul Krian