Madrasah dan perguruan tinggi bermunculan pada era keemasan Turki Utsmani. Dari perguruan tinggi itulah lahir sarjana-sarjana andal yang menguasai sains dan peradaban.
Dalam mendidik calon dokter atau tenaga medis, Turki Utsmani memiliki konsep dan metode khusus. Selain sudah memiliki tabib yang dikenal sebagai spesialis penyakit dalam, pada era itu pemerintahan Turki Utsmani juga sudah memiliki dokter spesialis bedah, dokter spesialis ortopedi, dan lainnya. Para dokter itu dididik dengan cara yang berbeda-beda. Dokter pada masa itu menempati posisi yang amat tinggi.
Para dokter itu dididik dan ditempa di sebuah madrasah dan dar al-shifa alias rumah sakit. Di era itu, rumah sakit tak hanya menjadi tempat mengobati pasien, namun juga menjadi tempat bagi para calon dokter menempa diri. Di Rumah Sakit (RS) Kayseri misalnya, para calon dokter belajar mengenai dunia kedokteran secara teori dan praktik.
Anak muda yang ingin menjadi dokter disebut talib. Sedangkan, mahasiswa kedokteran mendapat gelar shaqirdi tabib. Para sakird atau mahasiswa kedokteran itu ikut hadir menangani berbagai kasus secara langsung di RS. Sedangkan di madrasah, mereka mempelajari seluk-beluk kedokteran secara teori.
Kekhalifahan Turki Utsmani memiliki tradisi yang berbeda dengan Dinasti Seljuk dalam membangun RS. Hal ini misalnya terlihat di RS Bursa yang berada di dalam kompleks Istana Sultan Yildirim. Di tempat itu juga dibuka sekolah kedokteran. Di RS Bursa itu ada ruang belajar dan ruangan dosen yang juga para dokter.
Di Istanbul, pemerintahan Utsmani membangun RS Fatih pada 1470 M yang juga sekolah kedokteran. Di Edirne juga dibangun RS dan sekolah kedokteran yang bernama RS Bayezid II pada 1484. Hingga abad ke-19 M, para dokter dididik di RS yang sekaligus menjadi sekolah kedokteran.[]
Sumber: republika.co.id