Inggris Kaji Ulang Politik Preventif yang Senantiasa Gagal dalam Mencegah Islam

 Inggris Kaji Ulang Politik Preventif yang Senantiasa Gagal dalam Mencegah Islam

Selamat untuk kaum Muslim Inggris! Sekali lagi, pemerintah Inggris telah dipaksa untuk mengkaji ulang politik pencegahan (preventif) yang memalukan yang menunjukkan bahwa politiknya itu tidak mampu mewujudkan apa yang diinginkannya.

Keteguhan Anda dalam memegang nilai-nilai luhur Islam dan kepribadian Anda yang baik telah mengungkap kebohongan di jantung politik pencegahan (preventif), sehingga memaksanya kembali forum-forum pengkajian ulang sekali lagi.

Semakin banyak non-Muslim mengenal kaum Muslim di Inggris, mereka akan semakin menolak kebohongan penuh kebencian yang telah dijajakan oleh orang-orang seperti Gove dan Henry Jackson Society (HJS), “bahwa semua Muslim berpotensi menjadi teroris, dan kepatuhan kita yang meningkat terhadap syariah Allah seharusnya membuat kita semua takut.”

Padahal, semakin banyak kaum Muslim yang mengungkapkan kepedulian mereka terhadap urusan politik rakyat, khususnya, dan umat Islam pada umumnya, justru kita semakin mendapatkan rasa hormat dari rakyat, sebab ideologi kita menunjukkan bahwa kita bukanlah masalah, melainkan kita adalah bagian dari solusi.

Rakyat Inggris dapat melihat kontradiksi dalam mengkategorikan orang sebagai “ekstremis” atau “fundamentalis” terutama ketika istilah-istilah ini semakin sering digunakan untuk membatalkan semua istilah lain yang mempertanyakan peran Inggris dalam kolonialisme, perusakan lingkungan tanpa pandang bulu dan sewenang-wenang, serta pemaksaan ideologi LGBTQ+ yang semakin meningkat.

Sungguh memalukan bahwa kaum Muslim sekali lagi digunakan sebagai kambing hitam untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan kapitalisme yang terus berlanjut, mulai dari krisis biaya hidup yang menyakitkan, krisis energi yang menyalahkan perang terakhir daripada menyalahkan raksasa energi dan kurangnya perencanaan, hingga korupsi elit Inggris yang mencolok. Kapitalisme tidak dapat menangani tsunami krisis, baik dalam hal yang terkait identitas, ekonomi, atau kebijakan luar negeri.

Kita harus bertanya berapa kali politik pencegahan (preventif) harus ditinjau ulang sebelum kaum fanatik sekuler di pemerintahan Inggris menyadari bahwa politik preventif ini tidak dapat menyembunyikan kegagalan sistem mereka?

Sebuah laporan baru tentang peninjauan ulang politik pencegahan (preventif) mengungkapkan beberapa keretakan yang semakin dalam di masyarakat Inggris, yang mencerminkan meningkatnya kebencian orang terhadap ideologi elit liberal.

Meskipun ditentukan bahwa ekstremisme sayap kanan dan ideologi selibat sedang meningkat, namun pengkajian ulang tersebut mengungkapkan bahwa program pencegahan (preventif) tidak pernah dimaksudkan untuk menangani mereka. Sementara inklusi mereka hanyalah upaya pencegahan (preventif) terselubung yang lemah untuk mendistorsi Islam dan kaum Muslim. Tujuan sebenarnya adalah menargetkan Islam dan mencegah orang dari hidayahnya yang sudah cukup jelas sejak awal.

Kampanye untuk mencegah kembalinya Islam ke panggung dunia tidak dimulai dengan “perang melawan terorisme”. Elit Inggris memiliki konflik dan dendam lama terhadap Islam, yang akhirnya membuat mereka bersekongkol dengan agen mereka untuk menghancurkan Khilafah Utsmani pada tahun 1924 M. Sejak itu, mereka telah memaksakan dan mendukung semua jenis tiran dan rezim jahat untuk melayani keserakahan kolonial mereka dan menganiaya setiap Muslim yang menyerukan untuk diakhirinya kejahatan terhadap kemanusiaan semacam itu.

Ketika kaum Muslim mulai bermigrasi dari sejumlah koloni ke Inggris, diharapkan mereka akan sangat dipengaruhi oleh Inggris yang sekuler, dan Islam mereka akan segera memudar, namun semua itu tidak terjadi. Kami masih percaya pada Islam dan nilai-nilai luhurnya. Umat Islam di sini dan di luar negeri memiliki satu hati yang berdenyut serempak, terbukti dengan dukungan terhadap Palestina yang ditarget dengan politik pencegahan (preventif). Kita semua kembali ke agama kita terlepas dari penganiayaan rezim, penyebutan palsu terhadap kita sebagai ekstremis, dan berbagai kebijakan seperti politik pencegahan (preventif) yang diekspor ke negara-negara Muslim.

Kegagalan seperti itu hanya membantu kita untuk memiliki pandangan yang lebih jelas tentang firman Allah SWT:

﴿وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ﴾

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (TQS. Al-‘Ankabut [29] : 64).

Kami mendesak kaum Muslim dan non-Muslim untuk terus menolak politik yang menindas ini, yang terbukti gagal dan akan terus gagal untuk menjauhkan rakyat dari Islam sebagaimana yang firmankan Allah dalam Al-Qur’an:

﴿إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا۟ عَن سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حسرةً ثم يُغلَبونَ﴾

Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan.” (TQS. Al-Afāl [8] : 36). [Yahya Nisbet – Perwakilan Media Hizbut Tahrir di Inggris]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 8/2/2023.

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *