Inflasi Rendah, Ekonomi Baik? Jangan Senang Dulu
Mediaumat.news – Presiden Jokowi senang lantaran angka inflasi tahun lalu berhasil mencetak rekor sebagai inflasi terendah dalam 7 tahun terakhir. Namun peneliti ekonomi pengingatkan jangan senang dulu.
“(Karena, red) inflasi rendah belum tentu menunjukkan kondisi ekonomi lebih baik. Selain itu, daya beli rendah menjadi salah satu sebab turunnya inflasi (inflasi inti) tahun ini,” ujar peneliti CORE Indonesia Muhammad Ishak kepada mediaumat.news, Selasa (12/9/2017).
Menurutnya, penyebab lain (utama) inflasi rendah selama ini adalah harga energi yang turun tajam. Ini akibat permintaan global yang turun dan suplai naik. Tekanan terhadap pelemahan rupiah akibat ketidakpastiaan kebijakan moneter global tahun ini juga lebih rendah, sehingga inflasi harga barang-barang impor relarif rendah. Rendahnya pasokan komoditas yang mudah bergejolak yang sering memicu inflasi juga direspon dengan cara yang paling mudah namun merugikan produsen, yaitu impor.
“Alhasil, rendahnya inflasi dua tahun terakhir lebih banyak disebabkan oleh fakfor situasional seperti yang disebutkan di atas. Mengklaim inflasi rendah karena kebijakan pengendalian inflasi yang lebih baik, bisa membuat sebagian orang sakit perut karena ketawa. Lagi pula inflasi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara-negara Asean seperti Malaysia dan Thailand,” tegasnya.
Ishak pun mengeritik pihak yang mengarahkan Jokowi agar merasa senang. “Tidak ada kontradiksi data mikro dan data makro. Data makro adalah kumpulan/agregat data mikro. Yang membuat kontradiksi karena sebagian orang menggunakan data mikro secara parsial baik yang baik ataupun yang jelek kemudian dibandingkan dengan data makro. Kalau daya beli, BPS sudah merilis bahwa konsumsi semester satu melemah,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo