Indonesia The New Normal atau #IndonesiaAbnormal
Oleh : Retno Esthi Utami
Tagar #IndonesiaAbnormal trending di dunia twitter Indonesia kemarin, Selasa tanggal 26 Mei 2020. Tagar ini muncul diakibatkan oleh keresahan masyarakat Indonesia akan wacana pemerintah yang akan memberlakukan tatanan kehidupan masyarakat yang baru di tengah pandemi covid 19 atau kita lebih mengenal dengan istilah “The New Normal”. Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif. Alasannya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan meski kurva kasus positif Covid-19 menurun, virus Corona tidak akan hilang.
“Sekali lagi kita harus berdampingan hidup dengan Covid. Sekali lagi yang penting masyarakat produktif dan aman dari Covid. Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal,” kata Jokowi dalam pernyataan resminya di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 15 Mei 2020. (tempo.co 16/05/2020)
Hingga Selasa (26/5/2020) sore, ada penambahan 415 kasus baru. Sehingga total jumlah pasien positif corona di Indonesia mencapai 23.165 kasus. Sedangkan untuk pasien yang sembuh mencapai 235 orang, sehingga total menjadi 5.877 pasien yang sembuh. Dan pasien meninggal bertambah 27 orang dan totalnya mencapai 1.418 kasus. Melihat dari penambahan kasus baru, serta jumlah korban jiwa yang meninggal akhir akhir ini di Indonesia, masih belum menunjukkan kurva yang menurun. Bahkan beberapa pakar menyatakan Indonesia masih belum sampai kepada puncak pandemi. Yang banyak diprediksikan terjadi pada bulan awal Juni.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Hermawan Saputra mengkritik persiapan pemerintah menjalankan kehidupan new normal. Menurut dia belum saatnya, karena temuan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari. “Saya kira baru tepat membicarakan new normal ini sekitar minggu ketiga/empat Juni nanti maupun awal Juli. Nah, sekarang ini terlalu gegabah kalau kita bahas dan memutuskan segera new normal itu,” ujar Hermawan. Terlalu dini, maksud Hermawan adalah wacana new normal ini membuat persepsi masyarakat seolah-olah telah melewati puncak pandemi Covid-19, namun kenyataan belum dan perlu persiapan-persiapan dalam new normal tersebut.
“Jadi, new normal ini adalah sesuatu yang akan dihadapi, namun berbincang new normal ini banyak pra syaratnya. Pertama, syaratnya harus sudah terjadi perlambatan kasus. Dua, sudah dilakukan optimalisasi PSBB,” sebutnya. Ketiga, masyarakatnya sudah lebih memawas diri dan meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing. Keempat, pemerintah sudah betul-betul memperhatikan infrastruktur pendukung untuk new normal. “Selanjutnya, apakah hal ini sudah berlangsung dan sudah terjadi, rasanya belum,” sambungnya. (merdeka.com 25/05/2020).
Beberapa negara sudah mulai melakukan kebijakan “new normal”, diantaranya adalah Malaysia, Korea Selatan, Selandia Baru dan Italia. Negara-negara tersebut dapat dikatakan berhasil menekan pandemi Covid 19 ini. Kurva kasus positif pada juga menunjukkan grafik yang melandai. Tiga dari empat negara diatas menerapkan kebijakan lockdown, yang mana dengan cara ini mampu menekan serta memutus rantai penyebaran covid. Korea Selatan tidak mengambil cara lockdown, akan tetapi negara ini memberlakukan test masal kepada warganya sehingga dapat diketahui sispa saja yang terinveksi virus sehingga dapat dengan segera tertangani untuk pengobatannya.
Indonesia enggan menerapkan kedua opsi tersebut, entah itu test masal maupun lockdown total, dan menggantinya dengan PSBB yang diterapkan di beberapa kota besar di Indonesia. Akan tetapi kebijakan-kebijakan yang diterapkan justru sepertinya menggagalkan PSBB ini. Semisal dibukanya pusat perbelanjaan, bandara serta diperbolehkannya angkutan umum untuk beroperasi kembali.
Senada dengan pemerintah Indonesia, Donal Trump lebih dulu menerapkan new normal ini walaupun belum ditemukannya vaksin covid 19, walaupun juga negara adidaya ini mencatat jumlah kasus covid 19 tertinggi, yaitu 1.717.552 kasus serta 100.269 korban jiwa per 26/05/2020.
Presiden Donald Trump mengakui kebijakannya melonggarkan pembatasan pergerakan seperti membuka kembali perekonomian bisa memicu lebih banyak kematian akibat virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat. “Mungkin akan ada beberapa (yang meninggal) karena Anda tidak akan terkunci di dalam apartemen, rumah, atau apa pun itu,” kata Trump saat ditanya ABC News apakah pencabutan kebijakan pembatasan pergerakan bisa menyebabkan angka kematian akibat corona melonjak. “Apakah beberapa orang akan terinfeksi parah? Ya. Tapi kita harus membuat negara kita terbuka,” ujarnya. (cnnindonesia, 06/05/2020)
Dari pernyataan presiden negeri adidaya tersebut dapat kita simpulkan, bahwa menggerakkan kembali perekonomian jauh lebih penting daripada menyelamatkan nyawa rakyatnya. Indonesia yang mana dari awal sudah plin plan dalam kebijakannya, serta lebih banyak menjadi pengekor, termasuk dalam penanganan pandemi covid 19. Kebijakan herd imunity yang juga pernah diwacanakan untuk diterapkan di Indonesia, akan tetapi mendapatkan banyak penolakan dari masyarakat, juga menunjukkan akan kurangnya penjagaan jiwa oleh penguasa di negeri ini. Kebijakan terbaru mengenai new normal ini menganggap berdamai dengan corona adalah satu-satunya solusi yang dimiliki.
Wabah virus covid 19 ini sesungguhnya membuka mata kita akan buruknya riayah (pengelolaan) penguasa negeri-negeri kapitalis atas rakyatnya. Nyawa rakyat tidak lebih penting daripada keberlangsungan ekonomi. Demikianlah salah satu dari banyak kecacatan sistem yang tidak berlandaskan aqidah Islam. Akan jauh berbeda apabila sistem yang diterapkan adalah sistem yang berlandaskan keimanan. Sebuah sistem yang berasal dari Sang Maha Pencipta kehidupan, yang sudah pasti akan memberikan keberkahan bagi semesta alam. Sudah saatnya umat kembali kepada Islam secara kaffah dan menerapkannya dalam instansi negara yang berlandaskan aqidah Islam yaitu Khilafah Islamiyah yang telah terbukti keberhasilannya yang tercatat dalam buku oleh salah satu sejarawan. Will Durant dalam bukunya The Story of Civilization, secara jelas dan lugas mencatat kecemerlangan dari Islam apabila diterapkan oleh negara, antara lain :
“Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya. Contohnya adalah al-Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160, telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarawan berkata bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun.” (Will Durant – The Story of Civilization).
“Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapa pun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa; yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.” (Will Durant – The Story of Civilization).[]