Mediaumat.id – Peneliti Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak mengatakan, resesi ekonomi terjadi di AS, Rusia dan negara-negara lain berpotensi menjalar ke Indonesia.
“Resesi yang terjadi di AS dan Rusia dan juga di negara-negara lain berpotensi menjalar ke Indonesia melalui beberapa jalur,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Kamis (4/8/2022).
Pertama, jalur perdagangan. “Dengan terjadinya perlambatan ekonomi di negara-negara yang terkena resesi maka permintaan impor mereka akan menurun, termasuk permintaan impor dari Indonesia,” ungkapnya.
Apalagi AS, kata Ishak, merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor Indonesia. Permintaan komoditas primer seperti energi, pangan, dan bahan baku, juga menurun sehingga harganya akan turun.
“Dengan demikian, pendapatan ekspor Indonesia akan turun. Semakin dalam krisis di negara-negara tersebut maka semakin dalam pula turunnya permintaan impor, sehingga industri-industri yang mengalami penurunan permintaan akan memangkas tenaga kerja mereka, yang berujung pada peningkatan pengangguran,” ujarnya.
Kedua, melalui jalur sektor keuangan. “Dengan pengetatan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral AS, Uni Eropa, maka aliran modal di sektor keuangan ke negara-negara berkembang, termasuk dari Indonesia akan berkurang,” terangnya.
Sebaliknya, lanjutnya, para investor di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia akan melarikan modal mereka ke negara-negara yang menawarkan imbal hasil di sektor keuangan yang lebih tinggi.
“Penurunan pendapatan ekspor dan peningkatan aliran modal keluar akan mengakibatkan pelemahan rupiah yang lebih dalam. Saat ini nilai tukar rupiah sudah mencapai Rp15 ribu, naik dari kisaran Rp14.500 pada bulan Juni. Padahal setiap kali kenaikan seribu rupiah maka akan berdampak pada kenaikan biaya pembayaran utang luar negeri dan biaya impor,” jelasnya.
Penyebab resesi dan krisis di negara-negara kapitalisme adalah fundamental sistem ekonomi sistem tersebut sangat rapuh, menurut Ishak, seperti sarang laba-laba yang mudah goyah ketika diterpa hembusan angin.
“Krisis menjadi bagian dari siklus ekonomi sistem ekonomi tersebut. Beberapa aspek yang kerap kali memicu krisis adalah sistem keuangan yang penuh dengan spekulasi, sistem moneter yang berbasis mata uang kertas, dan perusahaan yang berbasis perseroan terbatas yang sahamnya diperdagangkan di pasar modal, serta eksistensi komoditas berjangka sebagai ajang spekulasi,” bebernya.
Solusi Islam
Karena itu, Ishak menilai, solusi satu-satunya untuk mengakhiri krisis kapitalisme adalah dengan menerapkan sistem Islam secara komprehensif termasuk dalam aspek ekonomi, seperti penghapusan sistem keuangan yang berbasis riba dan spekulasi, perubahan sistem moneter dari yang berbasis mata uang kertas menjadi mata uang berbasis emas dan perak.
“Meskipun demikian, sistem tersebut hanya bisa terwujud jika ada negara yang mau menerapkan Islam secara komprehensif tersebut. Inilah yang menjadi tanggung jawab kaum Muslim saat ini,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it