Indeks Pangan Indonesia Kalah dari Ethiopia, Pengamat: Abainya Negara Mengurusi Masalah Pangan
Mediaumat.news – Pernyataan Rektor IPB yang menyebut indeks pangan Indonesia kalah (lebih buruk) dari negara miskin Ethiopia dan Zimbabwe berdasarkan food sustainability index, Analis Politik dan Media Hanif Kristianto mengatakan krisis pangan terjadi akibat abainya negara mengurusi masalah pangan.
“Krisis pangan biasanya abainya negara untuk mengurusi masalah pangan bagi rakyatnya. Indonesia jangan hanya berpikiran kalau ketersediaan pangan di dalam negeri kurang terus impor,” ujarnya dalam acara Kabar Malam, Senin (22/02/2021) di kanal YouTube News Khilafah Channel.
Menurut Hanif, rendahnya indeks pangan Indonesia ini akibat dari kebijakan impor. Ada beberapa hal yang menjadi catatan kenapa Indonesia terus impor pangan. Pertama, tidak ada strategi besar agar mendorong Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. “Selama ini kita selalu mengabaikan hal-hal yang kaitannya dengan pertanian,” ungkapnya.
Kedua, terlalu fokus pada teknologi seperti bibit, irigasi, pest control dan lain-lain, tapi tidak memiliki kebijakan harga yang berpihak pada petani. Sayangnya kadang ada anak bangsa yang memiliki kemampuan misalnya menemukan bibit unggul, malah diperkarakan dalam hukum. “Padahal seharusnya hal tersebut diwadahi oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan terkait hal tersebut,” bebernya.
Ketiga, dalam mainset beberapa pemangku kebijakan negeri ini ingin mendapatkan rente dari impor tersebut demi keuntungan pribadi.
Keempat, tidak adanya distribusi dari hasil pangan secara merata di Indonesia. Karena seharusnya kebutuhan sandang, pangan, papan itu menjadi tanggung jawab negara untuk menjamin kelangsungan hidup rakyatnya.
Hanif menyebut, Indonesia sempat mengalami swasembada pangan di masa Presiden Soeharto. Swasembada ini menjadi kabar gembira di Indonesia sebagai negara tropis, yang berbagai ragam tanaman bisa tumbuh subur. “Kalau sekarang kita mendapatkan indeks pangan yang rendah, maka menjadi ironis gitu,” sesalnya.
Ia mengungkapkan, pada periode pertama Presiden Jokowi, saat itu menteri pertanian pernah mengklaim bahwa Indonesia sudah swasembada pangan. Sayangnya, kata Hanif, masih banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan publik juga sering melihat berita masih ada juga rakyat yang kelaparan.
“Makanya kondisi yang gawat ini harus segera ada solusi-solusi yang strategis, yang taktis, tidak hanya itu juga harus ada solusi yang ideologis pula,” pungkasnya.[] Agung Sumartono