Mediaumat.id – Kendati disebut-sebut mampu memberikan solusi atas konflik internasional, gagasan model baru dialog antar agama yang diselenggarakan dalam bentuk Forum Agama Religion 20 (R20) dalam rangkaian G20, sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali.
“Dialog antar umat beragama tidak ada hubungannya dengan konflik internasional,” ujar Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara kepada Mediaumat.id, Rabu (9/11/2022).
Tetapi, sambungnya, forum itu akan semakin memelihara penjajahan di negeri-negeri Muslim atas nama ide perdamaian internasional yang sejenis dengan gagasan dialog antar agama. “Intinya para kapitalis Barat ingin dunia Islam ‘damai’ untuk dikuasai dan ‘diam’ saat ditindas,” tegas Fika.
Sebelumnya, Forum Agama R20 dimaksud digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) di Nusa Dua, Bali, pada 2-3 November 2022.
Di dalamnya, Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyatakan perlu adanya rekontekstualisasi nilai-nilai lama dari agama-agama agar bisa menerima nilai-nilai baru.
Sebab itu melalui R20, atas nama NU ia mengajak berbagai pemuka agama merumuskan nilai-nilai baru yang bisa diterima semua pihak, sehingga diharapkan tidak memunculkan konflik.
Agenda Barat
Lantas terlepas alasan digelarnya acara itu, Fika pun menyebut, dialog antar agama sebagai gagasan asing, jahat dan berasal dari agenda Barat yang tidak memiliki dasar di dalam Islam.
Terlebih, gagasan itu mencampuradukkan antara hak dan batil, serta menyerukan ide baru atas nama pluralisme bahwa kebenaran agama itu relatif dan kedudukan agama itu sama.
Yang tentunya, kata Fika, paham ini berakar pada ide sekularisme yang notabene identitas peradaban Barat. “(Sehingga) pemikiran bahwa dialog antar umat beragama adalah solusi konflik internasional adalah absurd dan tidak sesuai realitas,” cetusnya lagi.
Di sisi lain menurut Fika, penyebab sebenarnya konflik internasional adalah penindasan dan hegemoni peradaban kapitalis Barat di berbagai belahan dunia.
Sebutlah kasus yang menurutnya paling klasik, isu Palestina. “Akar masalahnya bukanlah konflik agama Yahudi dengan Islam, tetapi perampasan tanah kaum Muslim melalui agresi Israel laknatullah di Baitul Maqdis,” jelasnya.
Ia lantas menyinggung semangat perlawanan kaum Muslim Palestina selama ini bukanlah hal yang disukai oleh kaum penjajah, semisal Israel dan sekutunya. Karena itu para penjajah terus meniupkan gagasan batil pluralisme dan terus mengerdilkan masalah hanya sekadar masalah konflik agama.
Pandangan Islam
Berikutnya, menjawab bagaimana pandangan Islam terhadap forum dialog antar agama tersebut, Fika menuturkan bahwa gagasan itu adalah batil dan sangat jelas bertentangan dengan akidah dan syariah Islam.
“Islam adalah agama rahmatan lil alamin, berkah bagi semesta alam,” sebutnya.
Memang benar bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk berbuat baik kepada orang-orang dari semua bangsa dan agama, selama mereka tidak memusuhi Islam. Namun demikian, kata Fika, bukan berarti kaum Muslim lantas menunjukkan kesukaan atau bahkan mengakui agama lain.
Pasalnya, satu-satunya iman yang benar di mata Allah SWT adalah Islam, sebagaimana Dia nyatakan di dalam Al-Qur’an yang artinya, ‘Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam’ (QS Ali Imran ayat 19).[] Zainul Krian