Mediaumat.news – Terkait pengumuman tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One pada Selasa lalu sebagai tayangan terakhir, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai dalam demokrasi kapitalisme memang hanya bicara tentang kepentingan materi.
“Dalam dunia kapitalisme demokrasi sangat mungkin bahkan sering terjadi. Karena, demokrasi itu hanya bicara tentang kepentingan, terutama kepentingan-kepentingan materi,” tuturnya dalam acara Kabar Malam, Rabu (16/12/2020) di kanal YouTube Khilafah Channel.
Menurutnya, di dalam demokrasi tidak ada istilah benar dan salah. Ketika ada kepentingan materi akan terus berjalan, namun kalau dianggap merugikan akan dihentikan. Yang penting tidak rugi. “Bukan soal apakah ILC selama ini menyuarakan suara rakyat atau kebenaran? Bukan lagi soal itu. Karena ini tentang pemilik modal. Pemilik modal itu kan menghitung untung dan rugi. Ini persoalan sebenarnya,” ujarnya.
Demokrasi Paradoks
Ia menilai demokrasi itu paradoks. Bukan hanya saat ini, namun sejak dulu juga paradoks. “Zaman Soeharto para pengkritik juga dipersekusi. Bahkan, saya sendiri juga mendapat persekusi Soeharto ketika saya menyampaikan unek-unek rakyat tentang naiknya harga minyak saat itu. Jadi, bukan hanya hari ini,” ungkapnya.
Secara normatif, ia mengatakan demokrasi itu memang selalu bicara kebebasan berpendapat tetapi secara empirik, secara pelaksanaan justru terbalik. Karena yang di atas itu berkutat tentang kepentingan-kepentingan.
“Ketika ada suara-suara yang dianggap justru mengancam kepentingan mereka, meski sebatas gagasan, sebatas argumentasi bahkan masukan-masukan yang konstruktif itu menjadi sangat sensitif. Itu dianggap mengancam kepentingan kekuasaan,” ungkapnya.
Ia menilai, sejak dari dulu demokrasi itu paradoks secara konseptual. “Siapa pun yang berkuasa tentu juga lebih banyak mempertahankan kekuasaannya dibandingkan kemudian membuka ruang untuk kebebasan berpendapat dan berargumen mengemukakan gagasan,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, ketika perilaku-perilaku patadoks yang dipertontonkan, ketidakadilan dan kezaliman yang dipertontonkan oleh penguasa justru demokrasi itu sedang bunuh diri. “Jadi demokrasi itu mati oleh kecongkakannya sendiri, oleh kebohongannya sendiri dan oleh tipu daya sendiri,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, ia menilai, ketika rakyat sudah tidak percaya lagi pada sistem demokrasi kapitalisme ini tentu masyarakat akan mencari alternatif sistem yang terbaik. “Ketika komunisme sudah hancur, demokrasi bahkan sudah lumpuh dan sekarat maka masyarakat sudah waktunya sadar akan satu ideologi alternatif yang terbaik yakni Islam,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it