IJM: Sekularisme Semai Bibit Perundungan di Tempat Generasi Tumbuh

Mediaumat.info – Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengungkapkan sekularisme ini telah menyemai bibit masalah perundungan (bullying) setidaknya di empat ruang hidup tempat generasi tumbuh.

“Sekularisme ini telah menyemai (bibit masalah perundungan) setidaknya (di) empat ruang hidup tempat generasi tumbuh,” ujarnya ketika menanggapi perundungan yang terjadi di Binus School Serpong yang melibatkan anak seorang artis, Sabtu (24/2/2024) di kanal YouTube Justice Monitor.

Pertama, faktor keluarga. Keluarga yang broken home atau tidak harmonis bisa menjadi penyebab munculnya pelaku perundungan. Orang tua yang sering cekcok dan alpa dalam pengasuhan menjadi stimulus anak untuk mencari perhatian di luar rumah, salah satunya melakukan perundungan.

Kedua, faktor sekolah. Manajemen dan pengawasan yang kurang dari pihak sekolah menjadikan kasus perundungan kian subur begitupun, fokus kurikulum yang hanya pada akademik menjadikan anak minim akhlaknya.

Ketiga, faktor media. Bukan lagi satu rahasia jika media menjadi corong makin tingginya kasus perundungan, game online misalnya menyuguhkan banyak kekerasan fisik juga tontonan kartun dan anime yang pada kenyataannya sedang membudayakan kekerasan di dalam benak anak-anak.

Keempat, peran negara. Sangat minim dalam menjaga generasi dari kerusakan yang dapat dilihat dari mandulnya perangkat hukum.

Sudah banyak, ujarnya, produk hukum yang diregulasi dalam rangka mencegah dan menangani kasus perundungan seperti Undang-Undang Perlindungan Anak.

“Namun perangkat hukum ini seperti tidak mempan mencegah bullying (perundungan) yang terus berulang hingga kini kasus perundungan terus terjadi bahkan pelakunya adalah anak-anak dan tindakannya pun makin brutal,” bebernya.

Sudah saatnya, seru Agung, untuk mencampakkan dan menggantinya dengan sistem yang telah terbukti menghasilkan generasi yang berakhlak dan berkualitas yaitu sistem Islam.

“Semua harus dilakukan dengan perubahan serius pada aspek-aspek yang menjadi pemicunya, jika tidak mungkin akan muncul terus kasus-kasus serupa dengan motif yang berbeda,” pungkasnya. [] Muhammad Nur

Share artikel ini: