Mediaumat.info – Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menyatakan ada kejanggalan dari serbuan Amerika Serikat dan sekutunya ke Yaman.
“Sebenarnya ada kejanggalan pada serbuan AS kepada sekutunya di Yaman,” ujar Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana dalam video AS vs Houthi: Serangan Nyata atau Sandiwara? di kanal YouTube Justice Monitor, Senin (15/1/2024).
Sebab, merujuk catatan pada tahun-tahun sebelumnya, ujarnya, milisi Houthi berhasil merebut Aden (Pelabuhan Internasional di Yaman yang menjadi lintasan Laut Merah, Terusan Suez dan Laut Tengah Mediterania) yang menjadi jalur sibuk pelayaran.
Anehnya, lanjut Agung, AS tidak memukul sangat keras atas tindakan Houthi ini, padahal AS memiliki sistem kendali atas kawasan-kawasan serta jalur dan juga kendali militer di sejumlah titik-titik strategis seperti Selat Hormuz, Bab al-Mandeb, Selat Mulaka, pengawasan di Terusan Suez, Selat Turki, dan lain-lain.
“Di sisi yang lain, AS membangun hubungan kemitraan dengan Houthi, duta besar AS untuk Yaman membenarkan kerja sama negaranya dengan kelompok Houthi ini dan keberadaan Amerika masih beroperasi di Sana’a,” bebernya.
Bahkan, kata Agung, keberlanjutan kerja sama antara Houthi dan AS juga terlihat saat Amerika melakukan penurunan militer dari udara pada kawasan yang dikendalikan oleh kelompok Houthi dengan dalih mengejar para teroris.
“Sehingga pernyataan duta besar AS waktu itu menegaskan adanya kerja sama politik dan militer dengan sebuah kelompok yang membawa slogan kematian untuk Amerika dan Yahudi, ini kan aneh,” ungkapnya.
Agung juga menilai, milisi Houthi ini tidak serius memerangi AS. “Demikian juga Hizbullah di Lebanon Selatan yang melakukan tindakan serius yang katanya menghentikan kebiadaban penjajah Yahudi Zionis,” bebernya.
Keberadaan
Agung menuturkan, terkait keberadaan milisi Houthi ini tidak bisa lepas dari krisis yang terjadi di Yaman, yang tidak lepas dari pertarungan antara kepentingan dua negara besar yakni Amerika Serikat dan Inggris.
“Yaman lebih dekat kepada Inggris dan Amerika Serikat tidak menginginkan Yaman yang strategis itu dekat dengan Inggris, maka yang dilakukan AS adalah menimbulkan konflik di Yaman. Nah, siapa yang kemudian digunakan AS untuk memunculkan atau meningkatkan konflik ini, tidak lain adalah milisi Houthi,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi