Mediaumat.info – Meski pemimpin Indonesia dari awal merdeka sampai saat ini beragama Islam namun identitas mereka jauh panggang dari api.
“Tapi yang terjadi, Saudaraku, jauh panggang dari api dalam artian apa tetap yang namanya kemakmuran tidak seperti yang kita harapkan,” sesal Ulama Aswaja dari Daerah Istimewa Yogyakarta Habib Muhammad Nakhel al-Atthas dalam Liqo Syawwal Ulama Aswaja Regional Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta: Sengketa Demokrasi, Pelajaran Berharga untuk Kembali pada Syariat Allah, Khilafah Bukan Sekedar Kebutuhan, Tetapi Kewajiban, Ahad (28/4/2024) di kanal YouTube FKU Aswaja Channel.
Selain jauh dari kemakmuran, jelas Habib Nakhel, kemiskinan masih merajalela, juga dengan kriminalitas pelacuran perzinaan, dekadensi moral terjadi di mana-mana.
“Ya, kita khawatir dengan anak-anak kita, pergaulan bebas terjadi di mana-mana, bahkan dari segi masalah ekonomi dari presiden ke presiden selanjutnya tidak bisa menyelesaikan sumber daya alam kita yang masih dikuasai asing, oligarki,” bebernya.
Bahkan, lanjutnya, setiap pergantian presiden bukannya menyelesaikan utang tapi justru malah menambah utang. Mereka berlomba-lomba untuk menambah utang padahal utang itu adalah riba.
Tidak hanya itu, ia pun menyesalkan bahwa angka korupsi semakin menggila.
“Angka korupsi juga semakin menggila, dulu kita bilang 1 triliun 2 triliun itu sudah besar, sekarang langsung naik (berlipat-)lipat menjadi 3 digit, ratusan triliun, nauzubillah tsuma nauzubillah,” kesalnya.
Menurutnya, yang salah itu bukan hanya pada pemimpinnya saja tapi pada pengabaian syariat Allah.
“Lalu apa permasalahannya apakah tujuh suksesi kepemimpinan yang mau kedelapan ini adalah salah pemimpinnya? Ya benar mereka salah. Tapi yang inti utama itu bahwasanya negara kita yang mayoritas Muslim ini justru berani kemendel sama Gusti Allah, yaitu mencampakkan hukum-hukum dan syariat Allah. Tidak mau berhukum dengan sistem Allah,” tegasnya.
Ia pun kecewa, alih-alih menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah, para pemimpin negeri ini malah menerapkan sistem yang berasal dari Yahudi kafir.
“Kita justru mengambil sistem buatannya Yahudi kafir yaitu kapitalisme, demokrasi sekuler. Di mana demokrasi kedaulatan di tangan rakyat bukan tangan Allah,” tukasnya.
“Apalagi sekuler,” lanjut Habib Nakhel, “Yaitu mencampakkan hukum aturan dalam kehidupan, artinya Allah hanya boleh mengatur masalah ritual saja.”
Padahal, jelasnya, Islam itu mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan Allah menuntut kaum Muslim untuk masuk Islam secara kaffah. [] Teti Rostika
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat