Mediaumat.id – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menyatakan hubungan diplomati (normalisasi) Arab Saudi dengan entitas penjajah Yahudi tinggal menunggu waktu saja. “Sesungguhnya ini tinggal masalah waktu saja,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Kamis (14/9/2023) menyikapi kedatangan delegasi entitas penjajah Yahudi ke Saudi beberapa waktu lalu.
Artinya, sambung Farid, terkait melakukan normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi, Negara Arab Saudi saat ini memang belum secara terbuka mengakui.
Untuk diketahui, delegasi beranggotakan lima orang tersebut melakukan perjalanan melalui Dubai, karena memang tidak ada penerbangan langsung antara entitas penjajah Yahudi dan Arab Saudi.
Dengan kata lain, bisa dikatakan rezim Arab Saudi saat ini tak mengakui (baca: belum) eksistensi entitas penjajah Yahudi sebagai sebuah negara.
Sementara secara visa, karena memang untuk menghadiri pertemuan Unesco di Riyadh, para delegasi itu menerimanya melalui Unesco, organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Tetapi, menurut banyak pihak termasuk Farid, kunjungan dengan tujuan menghadiri sidang Komisi Warisan Dunia Unesco itu bertepatan dengan spekulasi mengenai potensi normalisasi hubungan pada masa depan.
Sponsor Utama
Lebih lanjut Farid pun mengungkapkan, bahwa sebenarnya Arab Saudi yang telah menjadi sponsor utama dalam Perjanjian Abraham, misalnya, yakni sebuah pernyataan bersama antara entitas penjajah Yahudi, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat, yang dicapai pada 13 Agustus 2020.
“Sebenarnya (Arab) Saudilah yang menjadi sponsor utama dalam Perjanjian Abraham yang ‘memaksa’ penguasa-penguasa Arab untuk melakukan normalisasi dengan penjajah Yahudi, yang itu berarti mengakui penjajah Yahudi itu sebagai sebuah negara,” urai Farid.
Terlebih, tambahnya, di balik layar pun sebenarnya Arab Saudi yang memiliki kekuatan politik dan uang yang bisa memengaruhi para penguasa di negeri sekitar untuk melakukan normalisasi.
Sedangkan terkait alasan Arab Saudi yang tak kunjung mengakui secara terbuka perihal normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi hingga sekarang, menurut Farid, dikarenakan Putra Mahkota Saudi MBS tahu persis konsekuensi yang akan dihadapi.
Maksudnya, penguasa Arab Saudi akan mendapatkan penentangan yang luar biasa dari rakyatnya sendiri apabila terang-terangan melakukan normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi saat ini.
Makanya, yang dilakukan MBS belakangan senantiasa menebar teror pada masyarakat di sana. “Untuk menunjukkan kekuasaannya, MBS menebar teror kepada ulama-ulama yang berseberangan dengan MBS,” jelasnya.
“Ini nanti siapa pun yang menentang normalisasi dengan penjajah Yahudi, itu akan diancam dengan tuduhan teroris atau korupsi, dan seterusnya,” tambahnya, seperti halnya santer diberitakan.
Dengan demikian, diharapkan ketika nanti terwujud normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi secara terbuka, tidak tampak perlawanan yang berarti.
Pengkhianatan
Di saat yang sama, sikap mengakui entitas penjajah Yahudi dan kawan-kawan tersebut menunjukkan pengkhianatan dari rezim-rezim Arab terhadap umat Islam, terlebih kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Sebab, menurutnya, normalisasi berarti mengakui entitas penjajah, perampas tanah, serta pengusir bahkan pembunuh umat Islam di Palestina, sebagai sebuah negara.
Lebih jauh, entitas penjajah Yahudi bakal memiliki legitimasi untuk melakukan penindasan dan kezaliman atas nama negara. “Tindakan keji mereka, akan mendapatkan legitimasi dengan alasan bahwa itu mengancam negara,” jelasnya.
Namun, Farid mengingatkan, apa yang dilakukan rakyat Palestina sebenarnya bukanlah tindakan teroris. Tetapi sebagaimana diperintahkan di Islam, termasuk melawan penjajahan.
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS al-Baqarah: 190).
Lantaran itu, ia juga menyampaikan hal lainnya yang menurutnya penting, yakni semakin vulgar rezim-rezim Arab termasuk Arab Saudi dalam hal melakukan normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi, maka sesungguhnya hal itu merupakan tanda-tanda kejatuhan para penguasa tersebut.
Pasalnya, akan semakin terpisah antara penguasa yang tengah menjadi pelayan negara-negara imperialis, dengan rakyat yang menurut Farid, memiliki kesadaran yang bertambah kuat untuk kembali kepada Islam.
Makanya, umat tak boleh heran apabila di satu titik nanti akan terjadi revolusi luar biasa di Timur Tengah yang dimenangkan oleh Islam sebagaimana janji Allah SWT, yang artinya:
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi,” ucapnya, mengutip QS al-Fath: 28.
Pun kabar gembira bagi siapa pun yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, yaitu akan diberikan kekuasaan kepada kaum Muslim untuk menjadi pemimpin umat manusia.
“InsyaAllah itu akan terwujud dengan tegaknya Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah di negeri Islam termasuk kemungkinannya di Timur.[] Zainul Krian