HTI Dizalimi
Oleh: Ahmad Rizal (Direktur IJM)
Fixed. MA tolak kasasi yang diajukan HTI terkait putusan badan status badan hukum HTI oleh pemerintah era Jokowi-JK. Sehingga surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor AHU-30.AH.01.08 Tahun 2017 tentang Pencabutan Status Badan Hukum HTI tetap berlaku.
Hizbut Tahrir selalu kritis di dunia muslim dan memprotes seluruh kebijakan penguasa zalim. Betapa mengerikannya penyalahgunaan kekuasaan yang disorot HTI terhadap para politisi kapitalis dengan besarnya korupsi para penguasa dan pejabat di dunia Muslim. Pada saat bersamaan, kepercayaan masyarakat terhadap yang sistem kapitalis dan rezimnya yang mengatur Indonesia makin berkurang.
HTI sebelumnya selalu memprotes rezim korup yang menipu jutaan publik dengan berbagai skandal korupsinya untuk masuk ke dalam pundi-pundi pribadi orang-orang korup itu. HTI juga selalu membangkitkan optimisme umat, bahwa khilafah Islam adalah kewajiban umat untuk merealisasikannya. Sekaligus mengingatkan bahwa Khilafah akan kembali tegak di Dunia Islam, termasuk di Indonesia. dalam hal ini, Hizbut Tahrir merupakan kelompok yang dengan serius dan bersungguh-sungguh memperjuangkan kembalinya Khilafah Islam itu.
HTI telah mengingatkan perjuangan menerapkan syariah dan menegakkan Khilafah adalah perjuangan yang didasarkan pada keimanan (akidah Islam) dan kewajiban menjalankan seluruh syariah Islam untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Mustahil Allah SWT mewajibkan penerapan syariah Islam dan penegakan Khilafah, kalau itu tidak mungkin dilaksanakan oleh kita, sehingga penerapan syariah dan penegakan al-Khilafah tidak lah utopis.
HTI selalu mengingatkan bahwa setiap penerapan sistem sekuler, yakni sistem yang tidak bersumber dari Allah SWT, Sang Pencipta manusia, kehidupan dan alam semesta yang Maha Tahu, pasti akan menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi umat manusia di berbagai bidang kehidupan.
Dikuasainya sumber daya dan kekayaan alam negeri ini oleh kekuatan asing, kelamnya persoalan perburuhan, maraknya korupsi di seluruh sendi di seantero negeri, konflik horizontal yang tiada henti, kenakalan dan kriminalitas di kalangan remaja yang tumbuh di mana-mana, adalah bukti nyata dari kerusakan dan kerugian itu. Ditambah dengan kezaliman yang diderita umat di berbagai negara, penghinaan terhadap Islam yang terus terjadi serta sulitnya perubahan ke arah Islam, karena dihambat oleh negara Barat yang tidak mau kehilangan kendali kontrol atas wilayah-wilayah di Dunia Islam.
Semua itu pada akhirnya mendatangkan kesempitan dalam kehidupan umat manusia, bukan hanya umat Islam. Dan semua kesempitan itu pada dasarnya akibat ditinggalkannya petunjuk dari Allah SWT dalam pengelolaan berbagai interaksi dan urusan di masyarakat. Itulah yang jauh-jauh hari sesungguhnya telah diperingatkan oleh Allah SWT kepada kita semua.
HTI juga mengingatkan, tegaknya syariah dan khilafah merupakan janji Allah SWT (Lihat: QS an-Nur [24]: 55), dan Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Rasul saw juga telah mengabarkan akan kembalinya al-Khilafah ar-Rasyidah kedua setelah era penguasa diktator. Rasul bersabda: … kemudian akan ada khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. (HR Ahmad dan ath-Thayalisi). HTI selalu membangun kesadaran umat untuk berjuang bersama-sama menegakkan Khilafah makin menguat dari hari ke hari. Semua ini merupakan hasil dari dakwah yang tak kenal lelah, bukan hasil dari berdiam diri.
HTI hari ini merasa dizalimi, di tengah situasi dan berita buruk dan tragedi yang tengah dihadapi kaum Muslim di seluruh negeri: mulai dari pembunuhan yang terus-menerus terhadap kaum Muslim Rohingya, penghancuran Irak dan rakyatnya yang terus berlanjut, pertumpahan darah di Suriah, serta pembantaian yang masih menyelimuti rakyat Yaman, Libya dan Palestina … masih banyak lagi tragegi memilukan yang menimpa kaum Muslim.
Semua itu terjadi dalam terang kebisuan orang-orang yang mampu untuk menolong kaum Muslim, dan celakanya mereka tidak hanya membisu, tetapi mereka berkonspirasi, menjalankan rencana imperialisme dan terlibat dalam perang melawan kaum Muslim, celakanya lagi tentara tidak cukup hanya dengan kejahatan yang tidak menolong kaum Muslim, tetapi juga para penguasa menggunakannya untuk menumpahkan darah kaum Muslim demi kepentingan imperialisme.[]
Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban umat, para penguasanya, tentaranya, ulamanya, intelektualnya, para pimpinan partainya dan kaum Muslim secara umum terkait darah kaum Muslim Rohingya, Suriah, Irak, Yaman dan Palestina … Masing-masing akan diminta pertanggungjawabannya menurut posisinya: dari kewajiban menolong dan merespon agresi secara militer, atau dari kewajiban mengadopsi kasus mereka dan menelanjangi konspirasi para penguasa, serta dari kewajban mengembalikan kekuasaan Islam secara politis. Allah SWT berfirman: “Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya.” (TQS Ash-Shaffat [37] : 24).