HRS Ditahan, Ustaz MIY: Gusti Allah Boten Sare
Mediaumat.news – Terkait penahanan Imam Besar Front PembeIa Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab (HRS), Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (MIY) menegaskan Gusti Allah boten sare.
“Gusti Allah boten sare. Gusti Allah menyaksikan kezaliman ini. Menyaksikan, mengetahui, termasuk mengetahui siapa dan apa di balik ini semua. Siapa dalangnya? Allah itu tahu. Sudah enggak bisa sembunyi dari penglihatan Allah SWT,” tegasnya dalam acara Fokus: HRS Ditahan, Kriminal atau Politis? Ahad (13/12/2020) di kanal YouTube Fokus Khilafah Channel.
Menurutnya, penting bagi umat Islam dalam situasi seperti ini, memperhatikan apa yang terdapat di dalam Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 42, “Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.”
“Jadi, kita tidak boleh mengira bahwa Allah itu lalai terhadap apa yang dilakukan oleh orang-orang yang zalim. Gusti Allah boten sare. Lah, itu penting itu,” ujarnya.
Ia mengungkapkan alasan kenapa kezaliman terus dibiarkan? Kenapa kezaliman yang begitu rupa sampai pada taraf yang menyesakkan dada terus berlangsung? Allah katakan, Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka orang-orang yang zalim itu. Sampai kapan? Sampai hari yang pada waktu itu mata mereka terbelalak menyaksikan akhir yang sangat dramatis dan sangat menyedihkan.
“Kalau di dalam riwayat kisah di Al-Qur’an itu seperti Firaun itu ketika mereka gebeblek di tengah Laut Merah, baru mereka menyadari kekeliruannya,” ungkapnya.
Ia menilai pentingnya umat memahami hal ini agar bisa melihat kerangkanya di dalam konteks ilahiah atau spiritual. “Sebab kalau tidak, itu memang kalau bahasa Jawanya itu kita bisa nglokro dan ndloso begitu. Nah, ayat ini saya kira menjelaskan bagaimana kita membaca situasi ini,” ujarnya.
MIY menyebutkan, situasi saat ini secara faktual itu umat Islam hampir sudah tidak punya alat untuk melawan kezaliman ini. “Kita menggunakan jalur politik, kita sudah tahu seperti apa situasinya di gedung parlemen. Apa yang kemarin kita saksikan pada saat pengesahan UU Omnibus Law itu cerminan yang sangat dramatis begitu rupa keadaan parlemen kita sampai-sampai UU itu disahkan meskipun mereka tidak memegang UU itu,” bebernya.
Itu, menurut MIY, sudah sampai pada titik nadir yakni titik yang sangat rendah. Kemudian kalau lihat aparat, ya publik sudah tahu seperti itu. Pers juga begitu. Pers mainstream itu sudah bisa dibaca. Kemudian ada harapan pada ormas Islam tapi publik juga lihat ada semacam keraguan untuk speak out pada kezaliman rezim ini.
“Lalu, lembaga-lembaga negara termasuk lembaga-lembaga peradilan, kita juga sudah mengerti. Jadi, sepertinya kita sudah melihat situasi yang buntu. Kayak tidak ada harapan,” bebernya.
Namun, ia menilai semua ini awal berakhirnya rezim zalim ini. “Allah menunda sampai suatu saat kemudian terjadi sesuatu yang membuat mata mereka terbelalak. Kapan itu? Wallahu a’lam. Tetapi, ada banyak orang mengatakan penahanan Habib ini bisa dianggap sebagai in the begining of the end,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it
1 Comment
Betul… Alloh SWT boten sare