Mediaumat.info – Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir (HT) Imrana Mohammad menyampaikan, tidaklah pantas bagi mukmin meminta izin kepada otoritas non-Islam dalam hal apa pun.
“Tidaklah pantas bagi seorang mukmin untuk meminta izin kepada otoritas non-Islam dalam bentuk apa pun,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima media-umat.info, Kamis (14/11/2024).
Hal ini diserukan untuk menanggapi sikap Football Association (FA) yang tetiba proaktif mengizinkan wanita dan anak perempuan mengenakan pakaian olahraga yang memastikan iman atau kepercayaan agama mereka tidak terganggu.
Padahal sebelumnya, seperti dilansir Sky Sports dan media berita lainnya, pada Rabu (30/10), seorang pemain sepak bola Muslimah ‘dilarang bermain’ karena mengenakan celana panjang olahraga alih-alih celana pendek, serta menerima ‘permintaan maaf bersyarat’ dari FA.
Adalah Iqra Ismail (24), pemain asal London Barat yang diberi tahu bahwa dia tidak diizinkan bermain untuk klub sepak bola lokalnya di Inggris ketika dia menolak untuk mengorbankan keyakinan agamanya dan mengenakan celana pendek.
Alasannya, kata wasit pertandingan kala itu, penggunaan celana panjang saat berlaga telah melanggar aturan berpakaian.
Makanya, Imrana pun kembali mengingatkan bahwa seorang mukmin pengikut Al-Qur’an dan Sunnah tidak boleh membiarkan nilai dan harapan didefinisikan oleh sumber-sumber non-Islam.
Sebutlah ‘permintaan maaf’ yang diberikan dengan syarat yaitu para pemain diizinkan mengenakan celana ketat atau celana olahraga untuk menutupi kaki mereka, tetapi juga harus mengenakan celana pendek di bagian atas, untuk mematuhi peraturan warna klub.
Menurutnya, ‘permintaan maaf dengan syarat’ dan ‘pemberian izin’ tersebut, menunjukkan bahwa tolok ukur baik dan buruk sesuatu didasarkan pada nilai-nilai liberal bukan atas dasar ridha Allah SWT.
Sementara, banyak aspek lain dari perilaku dan moral Muslimah yang harus dijaga tetapi ditentang oleh entitas seperti FA ini. Di antaranya memperlihatkan aurat wanita di depan umum, gerakan fisik dalam kapasitas olahraga dengan penonton pria yang menurut Imrana, sangat mungkin memiliki kontradiksi jelas dalam hukum syariah.
Untuk itu, ia menawarkan sistem Islam dalam hal ini Khilafah Rasyidah, satu-satunya otoritas sah yang akan memastikan bahwa kaum Muslimah tidak akan pernah dicabut hak-haknya atau dilanggar dari generasi ke generasi.
“Kita sebagai wanita tidak boleh memiliki warisan yang menjadikan anak perempuan kita diperlakukan seperti pilihan dalam permainan yang tidak dihormati dan dipermalukan menurut tren olahraga atau mode dalam gagasan sosial,” urainya, menjelaskan.
Dengan kata lain, Allah SWT telah memberikan pola pikir yang jelas tentang tata cara memandang kemajuan identitas Islam. Dan dalam hal ini amir atau khalifah, mengamankannya sebagai pemimpin politik sah negara Islam yang pula mengawasi semua bidang dalam sistem, mulai dari aspek kesehatan, kekayaan, keadilan maupun pendidikan.
Lebih jauh, sebagaimana QS Ali Imran ayat ke-7 yang mengingatkan dengan jelas, umat harus memandang kemenangan Islam bukan sebagai prestasi olahraga yang sesaat, karena tujuan neraka dan surga tidak boleh dianggap sebagai permainan.
Tetapi kemenangan sejati adalah ketundukan penuh kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. “Kemenangan sejati datang dari ketundukan penuh kepada Al-Qur’an dan Sunnah, bukan penerapan Islam secara parsial,” pungkasnya.[] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat