Hentikan Islamofobia dengan Khilafah!
Seorang pria Muslim bernama Ilyas diangkat sebagai pahlawan Muslim setelah mencegah pembakaran Al-Quran di dalam unjuk rasa ‘Stop Islamisasi Norwegia’ (SIAN) di Kristiansand, Norwegia, kemarin. Dalam insiden itu, Ilyas menyerang dan menendang ketua SIAN Lars Thorsen yang membakar Al-Quran pada waktu itu [sumber: Sunshine, 23/11/2019].
Aksi unjuk rasa serupa ini bukan yang pertama, tetapi lebih sering, ini diselenggarakan oleh kelompok sayap kanan Eropa yang memiliki kebencian mendalam terhadap Islam dan melihatnya sebagai bentuk ancaman. Sentimen Islamofobia seperti itu telah menjalar di beberapa negara Barat setelah imigrasi beberapa Muslim dari negeri-negeri Muslim yang sedang berkonflik. Bahkan Muslim di negara-negara Barat sering menjadi korban kejahatan rasial hanya karena kepercayaan dan identitas Muslim mereka.
Namun, Islamofobia bukanlah hal baru bagi Islam dan Muslim. Islamofobia telah ada sejak zaman Rasulullah. Pada saat itu, para pemimpin kafir Quraish menolak Rasulullah dengan berbagai cara. Pada awalnya mereka menggunakan cara yang halus untuk melobi dan menawarkan harta, tahta dan wanita agar Rasulullah berhenti mendakwahkan Islam. Setelah semua ini gagal, mereka memulai cara yang lebih agresif melalui kampanye kotor dengan menyebut Nabi sebagai orang gila, penyihir dan yang lainnya dan menganiayanya serta memboikot para sahabat Rasulullah selama sekitar tiga tahun.
Islamofobia yang menjangkiti dunia saat ini telah memberikan sinyal yang jelas bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti memprovokasi, menghina, menyiksa, mendiskriminasi, dan bahkan membunuh umat Islam karena kebencian mereka pada Islam dan umat Islam sendiri. Situasi yang mengerikan seperti itu pada saat yang sama merupakan indikasi kebutuhan mendesak untuk segera mengembalikan Khilafah Rasyidah yang bertindak sebagai perisai rakyat (junnah) seperti yang dikatakan Nabi SAW,
إنما الإمام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu bagaikan perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” [HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud]
Ustaz Umar Hussein
Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Malaysia