Hendropriyono Sebut Palestina “Bukan Urusan Kita”, Analis: Pernyataan Picik dan Berbahaya
Mediaumat.news – Pernyataan mantan Kepala BIN Hendropriyono yang mengatakan bahwa Palestina dan Israel “bukan urusan kita”, menurut Analis Senior dari Pusat kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan adalah pernyataan picik.
“Saya kira ini adalah pernyataan picik dari seseorang yang dikatakan sebagai tokoh. Pernyataan Hendropriyono ini sangat berbahaya, mengajak orang Muslim untuk abai terhadap urusan Muslim lainnya. Terlebih dia ini kan katanya tokoh, yang seharusnya menjadi panutan” ujarnya kepada Mediaumat.news, Jumat (21/5/2021).
Menurut Fajar, Allah SWT telah jelas menyampaikan bahwa Muslim yang satu dengan Muslim lainnya adalah saudara. Jika satu orang Muslim disakiti atau dizalimi tentu Muslim yang lain juga harus ikut merasakan dan bahkan melakukan pembelaan.
Mengutip sabda Rasulullah Muhammad SAW dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, ia mengatakan, “Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lainnya. Tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang Muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang Muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat.”
Fajar mempertanyakan, kalau seorang Muslim tidak peduli atau bahkan sebuah negeri Muslim yang katanya negeri Muslim terbesar ini tidak mau peduli dengan apa yang menimpa saudara Muslim lainnya, benarkah masih disebut Muslim? Dan apakah layak Indonesia disebut negeri Muslim terbesar jika tak peduli dengan nasib saudara Muslim lainnya yang tengah dijajah, dijarah, dizalimi dan sedang bertempur dengan penjajah zionis Israel.
Ia menilai, sikap dan pandangan seperti itu sangat dibenci oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Orang-orang seperti ini diancam tidak diakui sebagai bagian dari umat Rasulullah SAW. Hal itu sekaligus menunjukkan betapa sekulerisasi dan liberalisasi yang begitu masif diserukan oleh Barat telah menghinggapi kaum Muslim.
Fajar mengatakan, sikap Hendropriyono ini muncul karena sejak Perjanjian Sykes-Picot pada tahun 1916, negeri-negeri Muslim menjadi tersekat-sekat oleh batas-batas imajiner yang mengkotak-kotakkan umat Islam ke dalam ikatan nasionalisme kebangsaan.
“Sejak saat itulah, maka negeri-negeri Muslim dipaksa untuk hanya memikirkan diri sendiri, dan sedikit demi sedikit mengabaikan urusan kaum Muslim lainnya. Termasuk dalam urusan Palestina ini,” ucapnya.
Menurutnya, permasalahan aneksasi tanah Palestina oleh zionis Israel yang dilakukan sejak tahun 1947 ini juga dibantu oleh negeri-negeri kafir Barat seperti Prancis, Inggris dan Amerika. Padahal sebelumnya, ketika kaum Muslim ini ada dalam naungan Kekhilafahan Utsmaniyah, umat Islam ini selalu sebagai satu tubuh. Manakala satu Muslim di satu daerah mengalami kezaliman, maka Khalifah langsung memberikan perhatian, termasuk mengirimkan militer untuk menghilangkan kezaliman tersebut.
“Jadi sekali lagi inilah bahaya ikatan nasionalisme bagi umat Islam. Umat Islam diceraiberaikan, padahal sejatinya kaum Muslim ini ibaratnya satu tubuh, yang diikat oleh akidah Islam sebagai ikatan yang mengikat seluruh kaum Muslim. Tidak boleh bercerai berai atau diceraiberaikan,” pungkasnya.[] Agung Sumartono