Oleh: Mochamad Efendi (Pengamat dari el-Harokah Research Center)
Mahasiswa adalah motor penggerak satu perubahan karena mereka mempunyai keberanian dan tidak memiliki kepentingan pribadi atau golongan. Mereka digerakkan oleh idealisme yang membara dan menggelora di dalam dada mereka.
Mahasiswa tidak boleh diam saat ada kedzaliman nyata di depan mata. Ini adalah bukti dari kecerdasan sosial yang mahasiswa miliki dan kepekaan mereka dalam melihat fenomena sosial dan politik di sekitar mereka.
Selain mendalami bidang ilmunya sampai pada taraf ahli, mahasiswa harus peduli dengan masalah umat. Walaupun meluruskan sesuatu yang bengkok terkadang beresiko jika berhadapan dengan penguasa yang anti-kritik. Seperti yang terjadi pada salah satu aktivis mahasiswa muslim Hikma Sanggala yang kena drop out (DO) oleh Rektor IAIN Kendari beberapa waktu yang lalu. Ini adalah bentuk kedzaliman yang harus dilawan.
Sanggala dicap sebagai aktivis radikal, padahal dia memang seorang yang kritis dan dikenal sebagai mahasiswa dengan prestasi akademik yang baik. Mahasiswa yang ideal adalah mereka yang memiliki prestasi akademi, tapi peduli dan tanggap dengan permasalahan umat. Inilah mahasiswa yang benar-benar cerdas.
Terbukti sumpah pemuda dan juga reformasi dimotori oleh mahasiswa yang menginginkan satu perubahan karena melihat kedzaliman yang nyata. Sering perubahan yang digulirkan tanpa konsep yang dikaitkan dengan dengan Islam sebagai solusi fundamental bisa dibelokkan orang-orang yang punya kepentingan pribadi atau kelompok.
kecerdasan mahasiswa yang di atas rata-rata harus mampu melihat pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari aksi mahasiswa yang memiliki tujuan lurus dan bersih dari kepentingan. Perubahan hakiki diharapkan datang dari mereka yang idealis, berfikir kritis dan mampu melihat fakta dengan cerdas. Jangan sampai gerakan mahasiswa yang menginginkan perubahan hakiki ditunggangi kepentingan pribadi maupun kelompok yang mengambil keuntungan dari aksi mahasiswa.
Demonstrasi mahasiswa pada hari Senin (23/9), merebak di sejumlah daerah Indonesia sebagai bentuk aksi protes terhadap rencana Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan sejumlah rancangan Undang-undang yang dianggap kontroversial. (https://m.cnnindonesia.com/nasional/20190923175703-32-433107/wiranto-minta-mahasiswa-cari-jalan-lebih-etis-ketimbang-demo).
Kebangkitan mahasiswa dalam menyikapi berbagai permasalahan di negara ini ditunggu oleh umat. Mahasiswa setelah reformasi tidak terdengar gaungnya lagi. Mahasiswa diam saat terjadi kecurangan dan kedzaliman. Namun sekarang mahasiswa kembali bangkit dari tidurnya. Mahasiswa jangan mau jadi antek penguasa. Mahasiswa bergerak dengan idealismenya yang tinggi.
Namun, mahasiswa harus tetap waspada jangan sampai dimanfaatkan oleh kepentingan sesaat. Perubahan hakiki yang diperjuangkan mahasiswa harus dikawal agar tidak berhenti di tengah jalan dan agar tidak dimanfaatkan oleh kelompok yang mengambil keuntungan dari aksi mahasiswa.
Mahasiswa harus mengetahui dan memahami apa yang sedang diperjuangkan dan yang menjadi tuntutannya pada penguasa. Setiap poin tuntutan harus dipahami betul untuk menghindari penumpang gelap yang memanfaatkan aksi mahasiswa.
Mahasiswa harus memiliki standar nilai yang benar dalam perjuangannya. Semua poin yang diperjuangkan harus dikaitkan dengan ajaran Islam apalagi bagi mahasiswa muslim, semua hal yang diperjuangkan harus sesuai dengan hukum syara’. Jangan sampai undang-undang yang diperjuangkan ternyata tidak sesuai dengan ajaran Islam. Jadi penting sekali bagi mahasiswa untuk memahami agenda perjuangannya agar tidak disusupi oleh kepentingan orang-orang liberal yang menumpang dalam aksi mahasiswa.[]