Harga Surga: Keteguhan dalam Menghadapi Gempa …
Ketika gempa (goncangan) menghantam bumi dengan kekuatan melebihi 7 magnitudo … tidak ada bangunan yang tetap berdiri … kecuali bangunan yang didirikan di atas beton besar atau landasan bergerak yang dirancang untuk menghadapi gempa bumi … meski bangunan ini berguncang … namun ia tidak roboh …
Para arsitek bangunan tersebut berhak untuk merasa bangga dan bahagia … serta berhak menerima segala kehormatan dan penghargaan … bahkan mereka layak diberi kepercayaan lagi untuk bertanggung jawab membangun kembali …
Jika bukan karena gempa … manusia tidak akan mengetahui ketrampilan, kreativitas dan kehebatannya … Sehingga para amatir yang kurang berpengalaman, tidak cerdik dan tidak punya gagasan, tentu tidak pantas disejajarkan dengan mereka …
Beginilah cara Allah memilih para penghuni surga dari orang-orang yang beriman … dengan gempa … saya tidak mengatakan itu gempa yang mengguncang bumi … melainkan gempa yang mengguncang jiwa dalam dada …
Gempa yang membuat jantung berdebar kencang … dan mata tercengang bengang …
Gempa yang mengungkap rapuhnya struktur keimanan dalam jiwa …
Setiap orang yang lemah imannya, yang menyembah Allah hanya di tepi (tidak dengan penuh keyakinan). Jika memperoleh kebaikan, dia pun tenang … Akan tetapi, jika ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang (kembali kufur). Dia merugi di dunia dan akhirat.
Gempa yang mengeluarkan rahasia kemunafikan yang terpendam dalam dada … sehingga kotorannya meluap, maka ekspresi keputusasaan, kegagalan, kelemahan, dan skeptisme keluar dari mulut mereka.
Gempa yang membuat musuh-musuh Islam menari kegirangan, sebab mereka mengira bahwa gempa itu akan menghancurkan Islam dan setiap orang yang beriman padanya …
Gempa ini menggoncangkan segala sesuatu yang ada pada diri orang beriman … kecuali keyakinan mereka kepada Allah … keyakinan ini tampak berakar kuat di kedalaman hati … berakar di seluruh aspek jiwa … naik ke puncak tertinggi pikiran … prasangka mencoba menghancurkannya … namun mereka berbalik, kecewa dan kalah …
Mari kita baca bersama: “Ketika mereka datang kepadamu dari arah atas dan bawahmu, ketika penglihatan(-mu) terpana, hatimu menyesak sampai ke tenggorokan, dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah, di situlah orang-orang mukmin diuji dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang dahsyat.” (TQS. Al-Ahzab [33] : 10-11).
Lihatlah saat perang Ahzab ini … terlepas dari teror yang menghantui … walaupun serangan barbarisme dan kebrutalan menghujani … walaupun kerasnya pengepungan dan cengkeraman yang mengelilingi … walaupun hantaman keras kebencian mewarnai … walaupun keunggulan jumlah pasukan dan peralatannya tak tertandingi … terlepas dari semua itu … keyakinan tetap kokoh dan tidak roboh …
“Ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.’ Benarlah Allah dan Rasul-Nya. Hal itu justru makin menambah keimanan dan keislaman mereka.” (TQS. Al-Ahzab [33] : 22).
Mereka inilah orang-orang yang berhak mendapatkan surga …
Mereka hidup di tengah gempa yang dahsyat dan tetap teguh di dalamnya …
Gempa itu hanya mempengaruhi mereka dalam satu hal … pertanyaan tentang kapan pertolongan itu datang …
Ya … pertanyaan tentang kapan pertolongan itu datang … bukan tentang pertolongan itu sendiri … sebab mereka yakin akan pertolongan Allah.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 214).
Bacalah dengan baik:
Mereka diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?”
Mereka tidak bertanya, “DI mana pertolongan Allah?”
Mereka tidak bertanya, “Bagaimana pertolongan Allah?”
Jadi, pertanyaan mereka hanya tentang kapan waktu pertolongan itu tiba …
Namun … bagaimana orang-orang beriman mencapai tingkat keyakinan ini?
Ini adalah rangkaian yang saling berhubungan … dimulai dengan keimanan yang kokoh, melewati ketakwaan, lalu mencapai pengorbanan nyawa dan harta … yang kemudian diterjemahkan menjadi kesabaran, ketulusan, kesetiaan, dan pengingkaran pada setiap kekufuran.
Kami melihat mereka melakukan jihad seperti seorang yang begitu rindu bertemu Tuhan semesta alam, tanpa memandang usia dan kemampuan mereka …
Kami melihat mereka sebagai orang-orang shaleh yang sabar menghadapi segala cobaan yang menimpa mereka di tengah jalan … sehingga mereka tidak mengenal kerendahan, kelemahan, dan ketundukan.
Kami melihat bahwa mereka tidak menjadikan siapa pun selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman sebagai teman atau penolong … sebaliknya, mereka tidak membiarkan siapa pun menjadi penghalang di antara mereka dan antara Allah, Rasul-Nya, serta orang-orang beriman …
Oleh karena itu, Allah menyapa mereka dengan pesan yang sama …
“Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata pula orang-orang yang sabar..” (TQS. Ali Imran [3] : 142).
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (tanpa diuji), padahal Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak menjadikan selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin sebagai teman setia. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (TQS. At-Taubah [9] : 16).
Mereka adalah orang-orang beriman … orang-orang yang bertakwa … para mujahid … orang-orang yang sabar … dan orang-orang yang ikhlas dalam memberikan kesetiaan dan pengingkaran …
Mereka inilah orang-orang yang tabah menghadapi gempa. Mereka inilah orang-orang yang berhak mendapatkan surga. [] Syeikh Muhammad Asoum
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat