Harga Mahal Kehidupan Modern Ala Kapitalisme
Oleh: Hadi Sasongko (Direktur POROS)
Sengsara. Inilah harga mahal kehidupan modern ala Kapitalisme di sebuah negara yang katanya menjadi representasi bagi kemajuan ekonomi. Banyak negara yang memiliki indeks pembangunan manusia yang tinggi ini justru memelihara praktek penistaan terhadap martabat manusia yakni ratusan ribu pekerja domestik perempuan yang mendapat perlakuan diskriminatif, lingkungan kerja yang tidak layak bahkan penyiksaan fisik. Kota-kota modern di Barat yang mempraktekan resep kehidupan sekuler modern mengukir prestasi perbudakan modern. Ini adalah bukti IMPOTENSI dari negara kapitalis demokrasi yang memuja HAM dalam mencegah perbudakan, ketidakadilan dan dehumanisasi massal atas jutaan buruh yang lemah sekaligus gagal memelihara martabat kemanusiaan.
Di abad modern ini, Kapitalisme telah sukses membangun sebuah peradaban manusia pemangsa, ini adalah akibat dari terciptanya kesenjangan global yang ekstrim yang menyebabkan migrasi massal ekonomi dari negara-negara yang lebih miskin untuk mencari pekerjaan meski dengan upah rendah, lingkungan kerja yang buruk termasuk hak-hak istimewa bagi majikan – akibat kebijakan deregulasi pasar bebas kapitalis yang lebih menghargai keuntungan materi dibandingkan martabat manusia. Hal ini juga diakibatkan oleh watak asli Kapitalisme yang mensucikan keuntungan materi sebagai tujuan utama dari masyarakat, sehingga tak pelak lagi ini menjadi bahan bakar bagi semangat dehumanisasi dan eksploitasi perempuan dan kaum lemah. Ditambah dengan mesin industri Kapitalis yang membenarkan eksploitasi perempuan melalui iklan, bisnis porno, hiburan, semata untuk keuntungan sistem kapitalis liberal, hal ini tidak hanya merendahkan status perempuan tetapi juga menciptakan kesan ‘pembenaran’ terhadap eksploitasi perempuan demi keuntungan – cara pandang seperti ini akhirnya juga mendorong para pelaku perdagangan manusia termasuk mereka yang terlibat dalam praktek perbudakan modern. Sehingga di bawah kehidupan Kapitalistik, kaum perempuan yang lemah akan selalu menjadi korban dari banyak predator Kapitalis dari mulai pihak majikan, perusahaan perekrut tenaga kerja, termasuk penguasa negara asal buruh migran yang inkompeten menyejahterakan rakyatnya didalam negeri sekaligus tidak peduli tentang hak-hak pekerja yang mereka kirim ke luar negeri demi sekedar angka remitansi ekonomi.
Sangat kontras dengan Kapitalisme, Islam adalah ideologi yang sangat fokus pada pencegahan kezhaliman dengan segala bentuknya termasuk praktek perbudakan. Prinsip-prinsip Islam memberi perlindungan dari praktek perbudakan, terbukti dari larangan Islam terhadap perbudakan atas orang merdeka dengan pengharaman yang pasti, seperti yang ditunjukkan dalam hadist berikut :
<< ثَلَاثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِ أَجْرَهُ >>
“Tiga orang yang Aku musuhi pada hari kiamat nanti adalah orang yang telah memberikan (baiat kepada khalifah) karena Aku, lalu berkhianat; orang yang menjual (sebagai budak) orang yang merdeka, lalu dia memakan harga (hasil) penjualannya; serta orang yang mengontrak pekerja, kemudian pekerja tersebut menunaikan pekerjaannya, sedangkan orang itu tidak memberikan upahnya” [HR.Bukhari no.430]
Disamping itu ideologi Islam menggariskan perlindungan penuh terhadap kaum perempuan yang dipandang sebagai kehormatan yang wajib dijaga, yang harus diperlakukan layaknya sebagai manusia yang bermartabat dan BUKAN dipandang hanya sebagai pekerja murah rendahan. Pencegahan kezhaliman dan perlindungan terhadap pekerja ini hanya akan terwujud dalam sebuah sistem pemerintahan ideologis bagi umat Islam, yakni sistem Khilafah yang memiliki visi politik untuk mengimplementasikan SELURUH prinsip-prinsip dan hukum Islam pada masyarakat. Sistem Khilafah adalah satu-satunya yang mampu menangani dengan kredibel dan memberikan solusi praktis untuk berbagai masalah politik, ekonomi dan sosial yang saat ini menimpa buruh di seluruh negeri-negeri Muslim dan di seluruh dunia, termasuk buruh Indonesia.[]