Harga Beras Tinggi, UIY Ada Beberapa Kontradiktif dalam Kebijakan Pangan
Mediaumat.id – Terkait tingginya harga beras yang menjadi makanan pokok penduduk negeri ini, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyebut ada beberapa hal yang kontradiktif dalam kebijakan pangan di negeri ini
“Ada beberapa hal yang saya kira memang kontradiktif. Satu sisi kita mengetahui ada ancaman penurunan produksi beras, di sisi lain kenapa subsidi pupuk kok cenderung terus dikurangi gitu,” ujarnya dalam Live Fokus: Harga Beras Tinggi, Rezim Minim Solusi, Ahad (8/10/2023) di kanal YouTube UIY Official.
UIY menyampaikan, produksi beras Indonesia itu dari tahun ke tahun stagnan, bahkan cenderung turun. Menurut data yang ia peroleh, tahun 2018 produksi beras Indonesia sebesar 33,94 juta ton, tahun 2019 turun menjadi 31,31 juta ton, tahun 2020 naik sedikit 31,5 juta ton, tahun 2021 turun 31,36 juta ton. Terakhir tahun 2022 naik sedikit menjadi 31,54 juta ton.
“Ini jelas dari situ apa terlihat bahwa produksi beras kita itu itu stagnan dan bahkan cenderung turun,” ucapnya.
Sementara, kata UIY, konsumsi beras cenderung naik. Pada tahun 2018 konsumsi beras sebesar 29,57 juta ton, tahun 2019 turun menjadi 28,93 juta ton, tahun 2020 naik menjadi 29,37 juta ton, tahun 2021 naik 30,04 juta ton dan kemudian tahun 2022 konsumsi itu naik sedikit menjadi 30,2 juta ton.
UIY melihat, saat ini ada satu kondisi yang jelas ini akan semakin memengaruhi penurunan produksi beras di Indonesia. Di antaranya ada kerusakan saluran irigasi hingga 40% dari jumlah saluran irigasi sawah di Indonesia.
Selain itu, jelasnya, adalah konversi lahan persawahan menjadi pemakaian nonsawah, antara lain untuk pabrik, untuk pemukiman dan untuk kebutuhan jalan tol. Sehingga hampir bisa dipastikan bahwa akan ada penurunan terus produksi beras, sementara konsumsi beras akan terus meningkat.
Oleh karena itu, UIY menilai, harus segera ada perbaikan irigasi dan pencegahan konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian. Selain itu juga perlu ada pencetakan sawah baru.
Terakhir, UIY berpesan, kebijakan pemerintah untuk mengatasi tingginya harga beras ini mesti memperhatikan dua kepentingan. Yakni produsen beras yaitu petani dan konsumen. Tidak di pungkiri tingginya harga beras saat ini sedikit menggembirakan bagi para petani.
Sebab, jelasnya, selama selalu ada keluhan para petani bahwa tingkat keekonomian bertani di indonesia itu rendah.Terbukti kegiatan pertanian itu cenderung terus menurun. Tapi harga beras yang terlalu rendah juga akan mengancam keberlangsungan petani.
Di sisi lain, terangnya, harga beras yang tinggi juga dapat menyebabkan masyarakat tidak bisa membeli beras, sehingga akan terjadi krisis pangan.
“Nah karena itu memang ini mesti ada dua kebijakan, kebijakan kepada produsen beras, produsen padi dan kebijakan kepada konsumen,” pungkas UIY.[] Agung Sumartono