Acara rutin Jalsah Ammah bersama Ulama Sumenep bulan ini digelar kembali di Ponpes Kyai Ahmad Baijuri Ganding Sumenep. Acara ini diawali dengan pembacaan Al Qur’an Surat Yasin bersama sekitar 50 Ulama, Kyai, asatidz, dan tokoh masyarakat sekitar.
“Bersama Ulama Membangun Kembali Kehidupan Islam” menjadi tema tetap penyelenggaraan acara ini. Yang tak lain melihat problematika global kaum Muslim yang terus mengalami ketidak adilan, sehingga arus kuat geliat kebangkitan kaum Muslim untuk melaksanakan kewajiban menegakkan kembali Syari’ah Islam dalam naungan Khilafah.
Seperti biasa, rentetan acara diisi dengan tausiyah para Ulama dan Tokoh yang hadir silih berganti memberikan pencerahan di hadapan jamaah yang hadir.
Usai memimpin pembacaan Surat Yasin, Ustadz Abu Fakhri yang merupakan Pengasuh MT Uyunul Ummah Lenteng secara langsung mengajak kaum muslim untuk memiliki rasa kepedulian terhadap segala peristiwa yang menimpa Muslim lainnya.
“Sebagai Umat yang terbaik pantasnya kita memilki rasa kepedulian terhadap saudara Muslim lainnya. Di berbagai negara lain Umat Muslim tertindas oleh penguasanya, di negeri ini pun juga sama. Karena Mustahil rasa Adil itu dirasakan Umat Islam, dari penguasanya yang tidak menerapkan Syariah Allah. Oleh karenanya, perjuangan untuk mengembalikan kehidupan Islam harus terus berlanjut hingga Khilafah yang dinantikan itu tegak menjadi perisai Islam dan Umatnya serta seluruh Alam,” tutur Ustadz Abu Fakhri.
Menurut Ustadz Abu Fakhri, hanya Sistem Islam Khilafahlah yang mampu memberikan perlindungan dan kepedulian terhadap Umat Muslim.
Selanjutnya, Kyai Baijuri Pengasuh PP Ar-Rohwini Sumenep mendapat giliran. Beliau bercerita sedikit semasa beliau mondok dulu. “Di Pondok dulu saya mengkaji beberapa kitab, utamanya paling banyak diajarkan sekedar ilmu fiqih Thoharah, Sholat, Haji dan lainnya. Tidak ada dalam kitab-kitab itu yang mengajak untuk menerapkan Syariah Islam yang wajib diterapkan. Pelajaran sejarah Islam hanya sekedar romantisme sejarah yang perlu dikenang. Seandainya para Pengasuh Pesantren dulu sama-sama mengajak memperjuangkan Syari’ah Islam, maka yang terjadi hari ini adalah penolakan sistem sekuler bukan penolakan terhadap perjuangan menegakkan Syari’ah dengan Khilafah,” ungkap beliau.
Tausiyah selanjutnya disampaikan oleh Kyai Rosyidi Haris Pengasuh MT Sabilal Muhtadin Guluk-Guluk Sumenep, yang berkesempatan hadir pada Jalsah Ammah kali ini. Beliau menyambung paparan Kyai Baijuri tentang penerapan Syari’ah dan Khilafah. “Ajakan Dakwah memperjuangkan penerapan Syari’ah dan Khilafah ini harus kita dukung. Kita harus ikut berjuang. Kalau sebuah acara diadakan Hizbut Tahrir yang selama ini sangat lantang menyuarakan khilafah misalnya, itu bukan berarti kita diajak untuk masuk ke Hizb, tapi kita diajak untuk berjuang menerapkan Syari’ah Islam dan Khilafah Ajaran agama kita,” pungkas beliau.
Lanjut Kyai Rosyidi Haris, “gara-gara Syari’ah Islam tidak diterapkan, pelarangan jilbab muncul dimana-dimana. Ada yang mengatakan Jilbab tidak wajib, ada yang buat perayaan Hari Tanpa Hijab. Ini kan melecehkan namanya. Ukuran ketaatan kita pada Islam. Ada tokoh yang mengatakan Jilbab Tidak wajib, dibela mati-matian. Ada jg keluarga Quraisy tokoh tidak berjilbab, dijadikan contoh. Tokoh itu bukan ukuran, standar kita pada Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW,” jelas beliau lantang.
Berbagai Kasus tak henti-hentinya menimpa Umat Islam. Menurut Ustadz Fajar Hidayatullah Pengasuh MT Al Hidayah Sumenep ini semua disebabkan penguasa tidak menempatkan Allah yang Agung sebagai Al-Hakam pengatur aturan berhukum yang adil.
“Allah sebagai Al-Akbar, Al-Khaliq, dan Al-Hakam ini diabaikan oleh penguasa. Mereka lebih memilih berada dalam sistem Sekuler yang sering melecehkan Islam. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan kembali Syari’ah Islam harus terus digaungkan hingga Khilafah yang memuliakan Agama Allah ini terwujud sehingga tercipta kehidupan Islam yang mensejahterakan dan memiliki kepedulian tinggi terhadap Umat Islam bahkan kepada umat yang beragama lain,” pungkas Ustadz Fajar.
Setelah para Ulama dan Tokoh memberikan tausiyah, acara Jalsah Ammah diakhiri menjelang Adzan Dzuhur berkumandang, kemudian acara ditutup dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh KH Muh. Sahor As-Shiddiqi dari Majlis Cinta Qur’an Lenteng .[]
Sumber: shautululama.co