Mediaumat.id – Pemberian Hadiah Nobel Perdamaian 2023 dari Komite Nobel Norwegia kepada Aktivis hak asasi perempuan yang telah berkampanye untuk hak-hak perempuan dan mendorong penghapusan hukuman mati di Iran, Narges Mohammadi, dinilai tidak lepas dari ideologi yang diyakini Barat.
“Pemberi hadiah nobel tidak mungkin lepas dari ideologi atau nilai-nilai keyakinan hidup yang diyakininya,” tutur Pengamat Hubungan Internasional Ahmad Hanafi Rais kepada Mediaumat.id, Senin (9/10/2023).
Menurutnya, perdamaian yang diyakininya adalah paradigma perdamaian liberal yang dibangun di atas persamaan hak asasi manusia, demokrasi, pasar bebas, private property (kepemilikan pribadi), dan kebebasan. “Tentu seluruh nilai-nilai itu adalah standar Barat,” tegasnya.
Sayangnya, kata Hanafi, standar Barat sekarang masih terus menjadi standar aturan universal dunia yang jelas tidak akan kompatibel dengan standar Islam.
“Maka dari itu, keputusan hadiah nobel perdamaian hampir pasti menjadi bias kepentingan dan bias ideologis ketika dihadapkan pada nilai-nilai dan ajaran Islam,” ujarnya.
Hanafi menilai, pemberian hadiah nobel perdamaian kepada aktivis Iran tahun 2023 ini, menjadi bagian dari paradigma liberal di atas.
Menurutnya, tidak mengherankan jika siapa pun yang dianggap melakukan perlawanan terhadap ajaran-ajaran Islam, terutama yang biasanya berkaitan dengan sistem pidana Islam, termasuk ketentuan hukuman mati di dalamnya, maka akan mereka rayakan.
“Salah satunya dengan diberi hadiah nobel seperti ini,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it