Hakikat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
Ditulis oleh: Muhammad Bajuri (Pengajar Tsaqafah di Islamic Boarding School Kyai Sekar Al Amri Leces-Probolingg)
Maulid Nabi saw. artinya adalah hari kelahiran Nabi Muhammad saw., tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Sehingga setiap tahunnya di tanggal itu kaum Muslim memperingati hari bersejarah itu dengan beragam bentuk dan coraknya, terlepas dari pro-kontra terkait hukumnya.
Dr. Muhammad Tomizy dalam makalah berjudul: “Al-Ihtifāl bi Maulid an-Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (Memperingati Hari Kelahiran Nabi SAW)” menyebutkan bahwa ada tiga kelompok dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. ini:
Pertama: Kelompok masyarakat (rakyat) biasa. Peringatan atau perayaan yang mereka lakukan atas hari kelahiran Nabi Muhammad saw. menunjukkan tentang perasaan mereka yang begitu kuat terhadap Islam yang agung ini. Mereka melakukan aktivitas ini dengan berpikir bahwa hal tersebut akan semakin mendekatkan mereka kepada Allah Swt. Sebab mereka menganggap bahwa apa yang mereka lakukan ini adalah sebuah penghormatan pada syiar-syiar agama Allah Swt. Oleh karena itu, kami melihat mereka begitu antusias hingga berlebih-lebihan dalam memanifestasikan peringatan atau perayaan ini di sekolah, universitas, jalan, rumah, dan lainnya. Mereka pada umumnya adalah orang-orang yang baik dan tulus ikhlas dalam menghormati dan memuliakan syiar-syiar agama Allah Swt. yang di antaranya berupa peringatan maulid Nabi saw. Sungguh, saya yakin bahwa hal ini akan menjadi suatu yang luar biasa, seandainya mereka mengumpulkan semua potensi yang mereka miliki untuk perjuangan menerapkan agama Allah terkait masalah kehidupan mereka.
Kedua: Kelompok elite politik, kaum sekularis, ahli hukum, dan lainnya. Mereka mengucapkan selamat kepada kaum Muslim pada hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Sementara itu, mereka memerangi agama Allah dan syariah-Nya, mereka tidak percaya kecuali pada demokrasi dan sekularisme, bahkan mereka menganggap kaum kafir Barat dan kapitalisme sebagai panutan dan tujuan akhir mereka. Jadi, mereka ini ketika mengucapkan selamat kepada kaum Muslim hanyalah kebohongan, kemunafikan dan penipuan, yakni mereka melakukan itu hanya ingin mendapatkan popularitas atau pengikut untuk kendaraan politiknya. Padahal, mereka adalah bagian dari realitas korup yang harus diubah dan ditumbangkan. Untuk itu, umat Islam harus hati-hati dengan mereka, dan dengan perkataan-perkataan mereka yang beracun, maka umat Islam hendaknya menjauhi mereka.
Ketiga: Kelompok penguasa aib dan hina yang memerintah dengan selain yang diturunkan Allah Swt. Lihatlah, mereka meliburkan sekolah-sekolah, dan perkantoran-perkantoran resmi negara pada peringatan maulid Nabi ini. Mereka berpikir bahwa dengan apa yang dilakukannya ini, mereka dapat mencuri hati rakyat. Ingatlah bahwa rezim-rezim yang berkuasa di negara-negara Muslim adalah rezim-rezim yang memerangi Islam, dan berusaha untuk mengamputasi Islam dari kehidupan dan politik. Jadi, bagaimana bisa rezim-rezim seperti itu mengklaim cinta Nabi Muhammad saw. Sementara mereka memerangi agamanya dan para pengemban dakwah, bahkan mereka mengubah agama Allah dengan sangat berani melawan Allah dan Rasul-Nya dalam semua aspek kehidupan?!
Dengan demikian, peringatan atau perayaan atas maulid Nabi Muhammad saw. yang dilakukan oleh para penguasa dan elite politik ini hanyalah untuk pencitraan dan penipuan terhadap umat.
Sedangkan kelahiran Nabi Muhammad saw. adalah titik tolak bagi umat Islam yang mengemban ideologi sejati yang berasal dari Allah Swt. dan diserahi tugas menyelamatkan manusia dari perbudakan, serta mengubah wajah dunia dengan rahmat, di mana Islam adalah agama rahmat bagi alam semesta, dan obor petunjuk bagi semua manusia, Allah Swt. berfirman: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (TQS. Al-Anbiyā’ [21] : 107).
Jadi, hakikat dari peringatan maulid Nabi Muhammad saw. bukan sekedar perayaan, tetapi kenangan untuk menghubungkan kembali kaum Muslim dengan agamanya, dan mengingatkan mereka tentang pentingnya penerapan hukum-hukum Islam, yang tanpanya kita tidak memiliki solusi untuk berbagai masalah yang terjadi. Ingat, mencintai Muhammad saw. adalah beriman dengan Islam, memperjuangkannya, dan menerapkannya dalam semua aspek kehidupan, jika tidak demikian, maka klaim cintanya itu tidak ada nilainya sama sekali. []