Hadir di KTT SCO, Turki Abaikan Rekam Jejak SCO yang Perangi Islam
Mediaumat.id – Kehadiran Turki dalam KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Uzbekistan dinilai mengabaikan rekam jejak organisasi SCO dalam memerangi Islam di Asia Tengah.
“Turki seperti mengabaikan bagaimana track record organisasi SCO dalam memerangi Islam di Asia Tengah, khususnya di negara-negara bekas pecahan Uni Soviet,” ujar Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara kepada Mediaumat.id, Senin (19/9/2022).
Menurut Fika, dunia Islam di Asia Tengah adalah salah satu fokus area utama SCO. Negeri-negeri itu terus menerus dalam ketundukan, karena kawasan ini memang sengaja didesain agar masih dalam ketiak Rusia. Kawasan ini terus dihegemoni dan dikooptasi oleh mantan penguasa Uni Soviet. Sebagai contoh adalah Islam Karimov yang merupakan bekas diktator brutal di era Uni Soviet dan bagian dari partai komunis.
Turki bertindak demikian, jelas Fika, karena sudah melihat kelemahan keanggotaannya dalam NATO, ekses perang Rusia dan Ukraina memang kian memperlemah Eropa secara ekonomi. Karena itulah diplomasi terbaru Turki adalah look east atau melihat ke timur.
“Kehadiran Turki di KTT SCO di Uzbekistan semakin mempertegas minatnya bergabung dan merupakan simbol lemahnya ikatan NATO, karena Turki akan menjadi negara NATO pertama yang bergabung menjadi anggota SCO,” bebernya.
Terkait mesranya Cina dengan Rusia dalam KTT SCO, menurut Fika, Cina sebenarnya memang sejak lama adalah mitra terdekat Rusia, namun konteks terbaru dari KTT SCO di Uzbekistan ini adalah memperkuat poros aliansi Rusia-Cina melalui wadah SCO demi menghadapi perang dengan Ukraina.
KTT ini, lanjut Fika, akan semakin merevitalisasi posisi SCO sebagai wadah untuk mem-back-up konflik geopolitik Rusia dengan Ukraina alias negara-negara Eropa. Apalagi sejarah pembentukan SCO memang dipelopori oleh Cina dan Rusia pada tahun 2001 untuk mengimbangi pengaruh AS dan NATO.
“Walhasil, kemitraan Xi-Putin melalui KTT akan semakin mendalam dan signifikan dalam melawan pengaruh AS di kawasan Eurasia terutama dalam momentum perang Ukraina,” ucapnya.
Sementara, beber Fika, umat Islam terus ditindas dan bahkan tidak memiliki suara publik yang representatif untuk kepentingan mereka sendiri. Umat Islam dicegah untuk memiliki kekuatan politik mandiri yang makin santer diopinikan, karena kesadaran Muslim di kawasan semakin meningkat.
“Umat Islam menyadari hanya khilafah Islam yang akan membebaskan mereka dari anjing-anjing Rusia,” pungkasnya.[] Agung Sumartono