Mediaumat.id – Geram dengan perkataan kasar seorang guru di Swedia kepada siswi Muslim di sebuah kelas imigran, Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara mengecam begini. “Peristiwa di lembaga pendidikan ini sungguh memalukan!” tegasnya kepada Mediaumat.id, Rabu (16/3/2022).
Apalagi perkataan kasar tak senonoh itu keluar dari mulut seorang pendidik yang menurut Fika, hanya demi merendahkan martabat seorang Muslim.
Seperti halnya beredar video dilansir dari sebuah kanal berita Al-Araby, Ahad (13/3), tampak jelas seorang guru perempuan paruh baya berteriak dalam bahasa Swedia di kelasnya kepada siswi Muslimah yang mengenakan jilbab.
Kemarahan guru tersebut dipicu oleh ketidakmampuan atau rasa malu seorang yang menyebutkan alat kelamin pria dalam bahasa Swedia. “Apa yang dimiliki seorang pria? Apa namanya? Katakan!” teriak guru sambil memukul meja siswa dengan telapak tangan.
“Saya takut, saya ingin pergi,” terdengar seorang mahasiswi berkata. Lantas tampak pula guru tersebut meneriakinya secara keras dan melarangnya meninggalkan kelas.
Maka setelah viral video tersebut, seperti diketahui pula, pihak Swedia pun membuka penyelidikan atas diskriminasi dan pelanggaran itu. Pihak sekolah, kabarnya juga telah menawarkan fasilitas konseling kepada siswi yang mengalami trauma atas insiden itu.
Kemunduran Eropa
Namun demikian lebih luas Fika melihat, kejadian itu menjadi bukti lain dari segunung tanda-tanda kemunduran Eropa, Benua Biru yang selama beberapa abad terakhir dianggap sebagai simbol kemajuan peradaban Barat.
Dengan kata lain, Eropa sekarang makin tenggelam dengan budaya populisme, fasisme ataupun rasisme, sekaligus terjangkiti islamofobia yang akut.
“Banyak pengamat mengatakan gejala ini adalah bagian dari melemahnya nilai-nilai ideologis dalam masyarakat Eropa,” ulasnya.
Alhasil, tambah Fika, sebagian besar rezim dunia Barat akhirnya pun kembali mundur menuju isme-isme dimaksud secara terang-terangan.
Lebih memprihatinkan, tandasnya, saat ini Eropa menjadi rumah bagi fanatik sayap kanan atau dikenal menentang imigrasi (sebagian besar dari dunia Islam), yang tidak hanya berhasil dalam pemilu tetapi juga menaikkan jumlah kursi mereka dalam politik nasional.
“Ditambah saat ini krisis Ukraina semakin membuka kebobrokan dan kemunafikan negara-negara Eropa,” pungkasnya.[] Zainul Krian