Mediaumat.id – Menanggapi gagasan fikih baru yang bakal dibangun berlandaskan Piagam PBB oleh ormas tertentu, KH Muhammad Shiddiq al-Jawi memaparkan cikal bakal berdirinya organisasi internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa itu.
“Sejarah PBB itu cikal bakalnya justru adalah aliansi negara-negara Kristen Eropa,” beber Pakar Fikih Kontemporer itu kepada Mediaumat.id, Sabtu (25/2/2023).
Sebelumnya, ia merasa sedikit terperangah mengetahui itu. Pasalnya di kesempatan lain, ia mengaku selalu yang didapat adalah informasi tentang Perang Dunia II yang menjadi latar belakang berdirinya organisasi internasional antar bangsa itu.
Di antaranya, PBB dibentuk dengan tujuan guna mencegah konflik antar negara dan agar perang besar yang serupa dengan Perang Dunia II tidak lagi terjadi. Bahkan sebelum PBB berdiri, ada Liga Bangsa-Bangsa atau LBB.
Padahal, kata Kiai Shiddiq, adalah untuk menghadapi futuhat (penaklukan/ekspansi) yang dilakukan oleh Daulah/Khilafah Utsmaniyah, pada akhir abad ke-15 M dan awal abad ke-16 M yang menjadi faktor utama berdirinya organisasi internasional yang sekarang bernama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Penting diketahui, futuhat yang dilakukan khilafah kala itu telah berhasil menaklukkan negeri-negeri Kristen Eropa, seperti Yunani, Romania, Albania, Yugoslavia dan Hungaria.
Sehingga benarlah, aliansi negara-negara Kristen Eropa atau aliansi Eropa yang dibentuk, kata Kiai Shiddiq mengutip situs wikipedia.org/wiki/Liga_Suci_(1684), memang merespons futuhat dari pasukan jihad Khilafah Utsmaniyyah dengan membentuk ikatan politik yang menamakan dirinya sebagai Liga Suci (Latin: Sacra Ligua) pada tahun 1684.
Disebutkan, liga dimaksud adalah sebuah persekutuan yang didirikan oleh Paus Innosensius XI, dan memang untuk melawan Kekhilafahan Utsmaniyyah selama apa yang mereka sebut Perang Turki Raya.
Pada awalnya, anggota-anggota liga ini adalah Negara Gereja, Kekaisaran Romawi Suci di bawah kepemimpinan Kaisar Leopold I, Persemakmuran Polandia-Lituania di bawah kepemimpinan Jan III Sobieski dan Republik Venesia. Kekaisaran Rusia pun turut bergabung dengan liga ini pada tahun 1686.
Persekutuan ini berdiri hingga perang diakhiri oleh Perjanjian Karlowitz yang ditandatangani di Karlowitz, Perbatasan Militer Kadipaten Agung Austria, pada tanggal 26 Januari 1699. Perjanjian ini sekaligus mengakhiri Perang Raya Turki tahun 1683-1697 ketika Kekhilafahan Utsmaniyyah dikalahkan oleh Liga Suci pada Pertempuran Zenta.
Artinya, aliansi negara-negara Kristiani ini kemudian terbukti berhasil menahan futuhat Utsmaniyyah. “Bahkan saat Khilafah Utsmaniyyah melemah pada abad ke-19 M, tepatnya tahun 1856 M, Khilafah Utsmaniyyah justru bergabung dengan aliansi negara-negara Kristiani tersebut,” pungkas Kiai Shiddiq, mengutip buku Khilafah dan Ketakutan Penjajah Belanda karya Nicko Pandawa, hlm. 51-52.[] Zainul Krian