Mediaumat.news – Gerakan boikot produk-produk Israel dan negara pendukungnya yang diinisiasi BNC Palestina, dinilai Peneliti Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak tidak berefek kuat dari sisi ekonomi.
“Efek boikot dari sisi ekonomi, sepertinya tidak akan sangat kuat, sebab institusi itu didukung oleh negara-negara Barat,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Jumat (21/5/2021).
Menurutnya, banyak perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang-orang Yahudi, namun produknya dikonsumsi oleh penduduk global. Termasuk di negara-negara Muslim, seperti Google, Facebook, Dunkin Donuts, Starbuck dan perusahaan film Time Warner. Nah, sebagian dari perusahaan-perusahaan ini justru mendukung Israel. “Terlebih lagi, ratusan perusahaan-perusahaan global yang berinvestasi ke Israel,” ujarnya.
Meskipun demikian, Ishak menilai, seruan boikot yang dikampanyekan beberapa kalangan terhadap produk-produk Israel patut diapresiasi sebagai bentuk perlawanan terhadap institusi penjajah tersebut.
“Namun, yang perlu dicatat bahwa dari sisi perdagangan ekonomi Israel lebih banyak bergantung negara-negara non-Muslim. Dari total US$ 50 miliar ekspor institusi itu pada tahun 2020, hanya 4 persen ke negara-negara Muslim yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Terbesar dari Uni Eropa dan AS, yang mencapai 55 persen,” ungkapnya.
Jadi, menurutnya, kalaupun seluruh rakyat dan pemerintah memboikot produk Israel maka tidak akan signifikan terhadap ekspor institusi. “Apalagi selama ini seruan boikot hanya lahir dari masyarakat dan bukan dari pemerintah sehingga dampaknya lebih kecil,” tandasnya.
Politik dan Militer
Ishak menilai, satu-satunya cara untuk mematikan Israel secara efektif adalah dengan jalur politik dan militer. “Selain memutus seluruh bentuk kerja sama dengan institusi itu, serangan militer oleh pemerintah dari negeri-negeri Muslim akan menghapus negara itu dalam waktu singkat,” ujarnya.
Tapi, menurutnya, itu tidak akan terjadi jika penguasa-penguasa Muslim masih seperti saat ini yakni menjadi kaki tangan negara-negara Barat yang mendukung eksistensi Israel. “Sehingga mereka hanya berani unjuk kecaman, namun tetap membiarkan institusi itu eksis bahkan sebagian telah bekerja sama dengan mereka,” jelasnya.
“Oleh karena itu, persatuan kaum Muslim dalam institusi khilafah yang dipimpin oleh khalifah yang bertakwa menjadi perjuangan yang paling urgen untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it