Gempa Bagian dari Ketetapan Allah, Harus Diterima dengan Sabar

Mediaumat.id – Gempa Cianjur yang hingga hari ini masih menyisakan kepedihan dinilai oleh Direktur Geopolitical Institute Adi Victoria sebagai bagian dari ketetapan Allah.

“Ini bagian dari yang telah ditetapkan Allah. Sebagai seorang Mukmin harus bersabar terkait dengan musibah yang menimpa dirinya dan harus terwujud ridha,” tuturnya dalam Kabar Petang: Musibah, Muhasabah, dan Tanggung Jawab Pemerintah, Jumat (2/12/2022) melalui kanal You Tube Khilafah News.

Ini sebagaimana firman Allah SWT bahwa tidak ada satu musibah pun yang menimpa kecuali atas izin Allah SWT. “Dengan kata lain musibah itu adalah qadha, ketetapan dari Allah SWT,” imbuhnya.

Meski demikian, musibah juga mendatangkan pahala besar. Ia mengutip sabda Rasulullah SAW. “Sungguh besarnya pahala itu seiring dengan besarnya ujian. Sungguh jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Siapa saja yang ridha, untuk dia keridhaan itu. Siapa yang benci, untuk dia kebencian itu,” ucapnya membacakan terjemah hadits.

Tobat dan Muhasabah

 Adi mengatakan, setiap musibah yang menimpa setiap Mukmin seharusnya menjadi momentum untuk melakukan taubat sekaligus menjadikan musibah itu sebagai muhasabah untuk mengoreksi dirinya.

“Ini yang harus terpatri dalam diri kita sebagai seorang muslim karena Allah SWT mengingatkan bahwa musibah atau bencana yang datang silih berganti bisa akibat perbuatan dosa kita,” tegasnya.

Ia lalu membacakan terjemah surat Asy-Syura ayat 30. “Musibah (bencana) apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan (dosa) kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahan kalian.”

Rasulullah SAW, lanjutnya, juga menjelaskan saat kejahatan merajalela Allah SWT akan meratakan bencana. Zainab binti Jahsyi ra. pernah bertanya kepada Rasulullah SAW. “Apakah kita akan binasa wahai Rasulullah, padahal di sekitar kita ada orang-orang shalih?” Rasul menjawab, “Ya, jika kejahatan sudah merajalela.”

“Karena itu sekarang inilah momen untuk kita kembali kepada Allah SWT dengan taubat yang sesungguhnya, baik secara personal, maupun kolektif, karena siapa pun yang jujur akan melihat di negeri yang mayoritas Muslim ini justru banyak terjadi pelanggaran syariat,” ingatnya.

Ia mencontohkan pelanggaran itu seperti korupsi, L68T, penistaan agama, adu domba antar sesama anak bangsa, termasuk tindak kedzaliman yang tidak pernah berakhir.

“Karena itu kaum Muslim harus melakukan taubatan nasuha, kembali kepada Allah SWT dengan menaati semua aturan-Nya serta menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk. Sebab pangkal musibah ini karena berpaling dari Al-Qur’an sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam Al-Quran surat Thaha ayat 124,” jelasnya.

Seorang Muslim, sambungnya, harus masuk ke dalam Islam secara totalitas (kaffah) sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 208.

 

Tanggung Jawab Pemerintah

Menurut Adi, sesama Muslim itu bersaudara sehingga hendaknya membantu meringankan kesulitan saudaranya dengan mendonasikan hartanya serta mendoakan mereka.

Meski demikian, Adi menekankan, yang paling bertanggung jawab adalah pemerintah, karena pemerintahlah yang diberikan amanah untuk mengatur segala urusan rakyat termasuk saat rakyat ditimpa musibah sebagaimana yang terjadi di Cianjur.

“Misalnya terkait dengan kebutuhan makanan, akses terhadap air, layanan kesehatan dan obat-obatan. Kuncinya adalah kepedulian dan kemauan pemerintah untuk bertanggung jawab penuh mengatasi semua persoalan akibat musibah gempa ini,” tandasnya.

Selain itu, ucap Adi, pemerintah harus lebih optimal mengantisipasi berbagai macam bentuk musibah yang akan datang. “Pemimpin manusia adalah pengurus mereka dan dia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya,” ucapnya mengutip hadits Rasulullah SAW.

Ini, sambung Adi, akan terjadi ketika pemerintah betul-betul memiliki mindset untuk berhikmat kepada rakyat. Sebabnya sebagaimana disampaikan Baginda SAW, pemimpin kaum itu laksana pelayan mereka.

“Pemimpin yang mau menerapkan aturan Allah SWT itu adalah sebuah pemerintahan yang mau menerapkan aturan-aturan yang datang dari pembuat akal manusia, bukan berdasarkan aturan akalnya manusia. Itulah aturan syariah Allah SWT,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini: