Kehancuran Peradaban Kapitalis, Songsong Peradaban Islam
Ada rasa bahagia menyusup dalam hati seiring dengan datangnya bulan Rajab. Sebagaimana doa Rasulullah SAW agar keberkatan Allah karuniakan di bulan Rajab dan Sya’ban. Bulan Rajab 1443 H ini menjadi bulan penuh berkah dengan semakin dekatnya pertolongan Allah SWT akan tegaknya Khilafah yang akan menerapkan seluruh syariat Islam.
Bertepatan dengan 101 tahun kaum muslimin tanpa khilafah. Tahun ini umat Islam di Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar acara Rajab Ekspo. Acara yang digelar meliputi: Bedah buku dan Diskusi, Speak Up dan Diskusi Tokoh. Acara yang digelar selama bulan Rajab ini diselenggarakan secara offline dan online. Hadir sebagai pembicara berbagai pakar dan tokoh di Yogyakarta. Tampil dalam acara ini pakar ekonomi Islam Dwi Condro Triono, Ph.D., tokoh masyarakat Ir. HM Rasyid Supriyadi, M.S.I., Pedyanto, S.T., pengusaha muda Agung Nugroho Susanto, S.H., pengasuh pondok pesantren Kyai Subhan Ahmadi, Kyai Abd. Rokhim Al Hiwarie, pegiat dakwah Ust. Shiddiq Al Bantuliy dan Ust Iful Fitra Al Kandariy.
Gelaran acara diawali dengan bedah buku Kritik Terhadap Pemikiran Barat Kapitalis. Di awal paparannya Dr. Dwi Condro Triono menyampaikan bahwa pemikiran barat tidak sekedar hanya teori dari penggagasnya. Pemikiran barat telah berubah menjadi ideologi yang lengkap. Bangunan ideologi tersebut telah lengkap meliputi aqidahnya, sistemnya termasuk struktur, peradaban dan tsaqofahnya. Ideologi barat ini kemudian dikenal dengan ideologi Kapitalisme.
Ideologi Kapitalisme ini kemudian disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia. Negara-negara Eropa Barat dengan kolonialisasinya menancapkan ideologi ini ke berbagai negeri termasuk negeri-negeri Islam. Suatu hal yang menjadi keanehan ketika ideologi kapitalisme ini diterima oleh kaum muslimin. Mengingat ideologi yang berintikan sekulerisme ini memiliki sejarah kelahiran yang berbeda dengan sejarah kaum muslimin.
Sejarah sekulerisme yang lahir dari penentangan terhadap kekuasaan gereja dan raja tidaklah terjadi di dunia Islam. Penentangan terhadap gereja pada hakikatnya adalah penolakan terhadap ajaran agama. Mereka menolak agama digunakan untuk mengatur kehidupan. Penganut sekulerisme trauma dengan penindasan gereja dan raja terhadap rakyat dengan dalih ajaran agama.
Peserta yang hadir secara daring dan luring antusias mengikuti acara ini. Banyaknya tanggapan dan pertanyaan serta terbatasnya waktu tidak menghalangi untuk terus berlangsungnya kajian atas topik ini. Moderator menyampaikan bahwa bedah buku secara komprehensif dapat diikuti secara online melalui Khilafah Channel Rebon dua minggu sekali bersama KH Shiddiq Al Jawiy.
Rangkaian acara berikutnya adalah Speak Up dengan mengambil topik Kehancuran Peradaban Kapitalis, Songsong Peradaban Islam. Tampil sebagai pembicara pertama Kyai Subhan Ahmadi yang memaparkan kondisi Umat Islam yang saat ini dilanda keterpurukan. Umat Muhammad SAW mestinya menjadi umat yang paling mulia. Dahulu kaum muslimin memiliki kekuasaan untuk mengatur umat lain. Namun saat ini umat Islam menjadi obyek eksploitasi dan penindasan.
Umat Islam semestinya tidak mengambil ideologi dan sistem dari umat lain untuk mengatur kehidupan mereka. Bukankan sejarah kaum muslimin berbeda dengan mereka? Bukankah Aqidah umat Islam tidak sama dengan aqidah mereka? Maka tidak layak jika kaum muslimin mengambil sekulerisme, kapitalisme, demokrasi dan sistem hidup lainnya. Hal ini disampaikan oleh Ir. HM Rasyid Supriyadi, M.S.I dan Pedyanto, S.T. dalam paparannya.
Hadir sebagai pembicara selanjutnya pengusaha muda yang sekaligus juga advokat, Agung Nugroho Susanto, S.H. yang menyoroti tentang carut marut ekonomi dan solusi Islam atasnya. Selanjutnya tampil Kyai Abd. Rokhim Al Hiwarie yang mengulas berbagai persoalan dalam tata pergaulan. Kedua pembicara secara dalam mengupas tentang carut marut ekonomi dan tata pergaulan yang ada saat ini dan bagaimana Islam memberikan solusinya.
Rangkaian agenda Rajab ditutup dengan diskusi tokoh dengan menghadirkan Kyai Abd. Rokhim Al Hiwarie, Ust. Shiddiq Al Bantuliy dan Ust Iful Fitra Al Kandariy. Berbagai persoalan dikupas dan sekaligus kritik atas berbagai solusi yang saat ini diterapkan. Jika diteliti maka sebab dari seluruh problema yang membelit bangsa ini adalah diterapkannya sistem yang sekuleristik kapitalistik, demikian ujar Ust Iful Fitra Al Kandariy.
Alih-alih memberikan penyelesaian masalah, solusi yang digariskan rezim justru memunculkan masalah baru. Ambilah contoh pengarusutamaan kesetaraan gender yang mendorong para perempuan berkiprah di sektor publik. Hal ini menyebabkan fungsi domestik para wanita sebagai ibu dan istri terabaikan. Muncullah problem-problem baru misalnya perselingkuhan, pelecehan seksual dan kenakalan remaja. Masalah sistemik ini hanya mungkin diselesaikan dengan menganti sistem yang ada saat ini dengan sistem Islam secara keseluruhan. [Yus]