Game Curang Terakhir Bagi Imran Khan Telah ‘Selesai’

Pada awal April dan pertengahan Ramadhan telah terlihat gejolak di seluruh Pakistan. Kami telah melihat penggulingan pemerintahan minoritas Imran Khan di tangan oposisi yang bersatu melalui mosi tidak percaya di Majelis Nasional.

Hal ini telah menyebabkan protes massa di jalan-jalan, dengan banyak orang merasa bahwa penggulingannya adalah bagian dari konspirasi asing melawan Pakistan, karena dia dianggap menentang kebijakan luar negeri AS. Khan sendiri telah membuat banyak teori tentang hal ini, dan mengklaim telah mendokumentasikan bukti-bukti konspirasi semacam itu.

Penting untuk diingat bahwa naiknya Imran Khan ke tampuk kekuasaan seharusnya mewakili perubahan radikal dalam politik Pakistan. Dia menggantikan Nawaz Sharif; seorang pemimpin yang dihukum karena korupsi oleh Dewan Akuntabilitas Nasional Pakistan dan diputuskan tidak layak untuk memegang jabatan oleh Mahkamah Agung.

Imran Khan menggambarkan dirinya sebagai “tsunami” terhadap era pengabaian, korupsi, dan salah urus negara. Dia berbicara tentang Pakistan yang mandiri, yang menerapkan aturan hukum bagi yang kuat dan yang lemah, dan yang menjaga kesejahteraan rakyat.

Dia menyebut model politik ini “Riyasat-e-Madinah”, atau model Negara Madinah yang didirikan oleh Rasulullah (Saw).

Bagaimana realitas rekam jejak Imran Khan, dan apa yang bisa kita pelajari dari kelengserannya?

Perubahan di Permukaan

Retorika Imran Khan tidak cocok dengan ambisi politiknya yang sesungguhnya. Dia tidak secara mendasar mengubah institusi ekonomi, politik atau peradilan Pakistan. Pembicaraannya tentang kemandirian tidak menghentikannya untuk semakin menenggelamkan Pakistan ke dalam utang IMF, sesuatu yang dia telah berkomitemen tidak akan pernah dillakukan sebelum mengambil alih kekuasaan.

Terlebih lagi, dia bahkan melepaskan kendali atas bank negara Pakistan atas perintah IMF

Pembicaraannya tentang mempertahankan supremasi hukum tidak menghentikannya untuk mengundang banyak politisi jahat yang sama dari partai lain masuk ke partainya sendiri, dengan alasan mereka adalah orang-orang yang ‘dapat dipilih’; banyak dari anggota partai ini kemudian mengkhianatinya dan melakukan kerusakan besar pada partainya.

Dan retorikanya untuk melindungi yang lemah dari penyalahgunaan kekuasaan tidak menggerakkannya untuk melakukan sesuatu tentang penghilangan paksa di Pakistan. RUU partainya sendiri tentang orang hilang lenyap begitu saja bahkan sebelum divoting. Terlebih lagi, partainya mendukung undang-undang yang akan melindungi militer dari kritik yang sah, meskipun mereka adalah lembaga yang paling kuat dan mendapat dana paling besar di negara itu.

Dan janganlah kita melupakan kenyamanannya terhadap China sampai-sampai dia menolak untuk mengakui genosida yang dilakukannya terhadap rakyat Uighur. Atau sikap menyerahnya pada dominasi India yang meningkat di Kashmir dengan tidak melakukan apapun selain membuat beberapa pernyataan kosong, dan bahkan melepaskan pilot India yang dengan cekatan ditembak jatuh dan ditangkap oleh militer Pakistan.

Harus jelas bahwa perubahan yang diizinkan Imran Khan untuk dilakukan hanyalah perubahan di permukaan. Dia diizinkan berkuasa oleh sekumpulan orang berpengaruh di dalam militer Pakistan untuk mengembalikan legitimasi ke dalam sistem yang telah mempekerjakan para tiran atau para penjahat sebagai kepala negara selama beberapa dekade sebelum dia.

Apa yang telah terjadi?

Terlepas dari cakupan terbatas reformasi Imran Khan, komitmennya pada tingkat akuntabilitas tertentu untuk dinasti yang tengah berkuasa di Pakistan tidak dapat ditoleransi oleh para elit sipil atau militer.

Partai-partai oposisi, yang bersatu dalam Gerakan Demokratik Pakistan, menggunakan segala cara untuk melakukan manuver dan penyuapan untuk menyatukan mayoritas sehingga berhasil melawan partai PTI yang berkuasa. Dan lembaga peradilan dan militer, bahkan ketika mereka dapat melihat oposisi yang korup mengumpulkan tenaga untuk melakukan hal itu, tidak menghalangi kelompok oposisi itu.

Imran Khan mencoba untuk tunduk pada pengadilan dan militer untuk membuatnya tetap berkuasa, dengan mengutip tindakan korupsi pihak oposisi yang dilakukan terang-terangan, dan menyiratkan bahwa mereka bertindak atas perintah kekuatan asing. Ketika menyadari dia telah ditinggalkan oleh semua pusat kekuatan ini, dia menerima hasil dari mosi tidak percaya dan mengosongkan posisinya.

Demokrasi adalah Permainan Curang

Yang harus jelas bagi kita adalah bahwa perlakuan Imran Khan di tangan lembaga-lembaga demokrasi Pakistan bukanlah sesuatu yang unik, atau suatu penyimpangan.

Konsentrasi kekayaan dan kekuasaan di tangan kelompok elit yang korup adalah hasil alami dari sistem demokrasi. Dalam demokrasi liberal mana pun, orang kayalah yang memiliki kemampuan untuk membiayai pemilihan umum, mempengaruhi undang-undang dan peraturan, dan menciptakan kelompok lobi dan kepentingan.

Ini terjadi karena dalam demokrasi, tidak ada nilai atau sistem yang tetap. Sebaliknya, undang-undang dibuat berdasarkan keinginan, bias, dan kepentingan “rakyat”, dan orang kaya memiliki kekuatan dan dana untuk membentuk keinginan, bias, dan kepentingan ini.

Dalam kasus negeri-negeri Muslim, termasuk Pakistan, ada kesengsaraan tambahan dari kelompok elit ekonomi dan militer yang korup ini karena kesetiaan kepada tuan mereka yang lebih kaya dalam kekuasaan kolonial Kapitalis. Ini berarti bahwa keputusan akhir pada penggunaan sumber daya umat manusia yang sangat besar, sumber daya alam yang kaya, dan akumulasi pengetahuan selama berabad-abad dilakukan di Washington dan London, bukan di negeri Muslim.

Artinya, betapapun tulusnya seseorang kepada negara, jika mereka memilih untuk mendapatkan kekuasaan melalui struktur demokrasi yang ada, mereka harus berbagi kekuasaan dan berkompromi dengan kelompok elit politik yang korup. Mereka harus tunduk pada negara-negara Barat, dan lembaga-lembaga mereka seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia, ketika membuat keputusan tentang kebijakan dalam dan luar negeri mereka sendiri.

Bangkit Di Atas Kepribadian dan Simbol

Setelah kita memahami bahwa penyebab stagnasi ekonomi, sosial, dan politik di Pakistan disebabkan oleh sistem demokrasi, kita harus dapat mengenali sifat jebakan terhadap rakyat Pakistan, dan apa yang diperlukan untuk membuatnya keluar dari masalah itu.

Tidak masalah jika seorang pemimpin tidak secara pribadi korup. Tidak masalah jika mereka mengacu pada ayat Al-Qur’an dan teladan Rasul Allah (Saw) dan para sahabatnya dalam pidato mereka. Bahkan tidak masalah jika mereka tulus. Sebaliknya, kecuali jika mereka mau menggunakan kecerdasan dan modal politik mereka untuk mencabut seluruh sistem parlemen, pengadilan, dan pembentukan militer yang memaksakan demokrasi liberal di Pakistan, mereka akan berakhir dengan dimanfaatkan dan dibuang oleh sistem.

Tidak ada cara untuk memanipulasi atau menipu sistem agar menjadi jujur, yang dibangun dengan cara ini. Solusi untuk korupsi bukan lagi demokrasi; sebaliknya, demokrasi itu sendiri adalah korupsi.

Sudah saatnya kita mulai memberikan kesetiaan kita hanya kepada orang-orang yang bersedia menggulingkan sistem pemerintahan yang tidak adil ini, dan tidak menyia-nyiakan waktu dan upaya kita yang terbatas di belakang mereka yang semuanya hanyalah simbol dan tidak ada tindakan.

Perubahan Nyata
Perlunya perubahan nyata dan bukan hanya reformasi simbolis adalah masalah vital bagi kita sebagai umat Islam. Hal ini karena kita adalah bangsa yang seharusnya melaksanakan Bimbingan menyeluruh yang diberikan kepada kita oleh Pencipta kita yang Maha Bijaksana dan Maha Penyayang.

Allah (swt) memberitahu kita dalam Al-Qur’an:

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. “ [TQS 5:49]

Wahyu dari Allah (Swt) ini mencakup petunjuk tentang semua aspek kehidupan manusia, dari bagaimana kita beribadah kepada Allah (Swt) di rumah kita, hingga bagaimana kita mengatur ekonomi dan peradilan di negara.

Dan karena petunjuk ini bukan dari siapa pun, atau sekelompok orang, tetapi dari Sang Pencipta sendiri, maka itu bebas dari bias atau kesalahan apa pun. Inilah tuntunan yang harus kita pelajari, berikan kepada sesama, dan coba kita terapkan di negeri kita melalui metode Rasulullah (Saw). Nabi (Saw) tidak berbagi kekuasaan dengan kelompok elit Mekah yang menyiksa beliau dan para sahabatnya, melainkan beliau membentuk sekelompok orang di Madinah yang bersedia menghapus sistem kesukuan sempit dan konflik tanpa akhir diantara mereka untuk tunduk pada keadilan dan kemurahan hati Islam.

Partai politik, upaya, atau kepribadian yang kita dukung harus berkomitmen untuk melakukan hal yang sama. Semoga Allah (Swt) merahmati umat Islam di Pakistan dan di seluruh dunia.

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. [TQS: 10:57-58]

Share artikel ini: