Sabtu 9 November 2019 telah diselenggarakan kegiatan Forum Politik Ulama. Para Ulama se-Banten berpartisipasi dalam kegiatan ini. Pada kesempatan ini, forum mencoba mengupas nasib bangsa terutama setelah rezim Jokowi kembali tampil sebagai juara Pilpres kali ini.
Sebagai aktivitas yang juga disyariatkan oleh Islam, politik harus menjadi pembahasan agar Indonesia menjadi Baldatun Thoyyibah Wa Robbun Ghafur. Terlebih lagi, sepak terjang rezim kali ini sungguh membuat cita-cita umat tersebut semakin jauh api dari panggang. Begitulah pandangan, keluh kesah dan kesimpulan yang didapat dari umat.
Hal tersebut senada dengan paparan terbuka dari para peserta forum. Salah satunya, seperti yang disampaikan oleh Ustad Syafruddin yang menceritakan kisah pribadinya akan paranoidnya rezim ini terhadap Islam dan para pendakwahnya.
Namun demikian, hal tersebut tidak akan pernah menyurutkan kami para ulama untuk semakin keras menyerukan syariah dan khilafah tegas mantan Ketua MUI Kec. Curug, Tangerang ini dengan berapi-api.
Selain paranoidnya rezim ini terhadap Islam, mereka pun abai terhadap pelayanan pada warganya. Hal ini nampak jelas pada contoh BPJS yang selain abai juga mempersulit rakyat dengan pelayanannya yang berbelit-belit dan mencekik.
Jelas nasib bangsa dan umat Islam semakin buram. Sehingga umat Islam wajib terus menyatukan langkah dan pikirannya menuju syariah dan khilafah tegas ulama ini.
Sikap paranoid rezim ini semakin hari semakin menjadi, cap radikalis yang digembar-gemborkan rezim sejatinya menunjuk pada kaum muslim yang ingin syariat Islam tegak di negeri ini. Rezim ini jelas menghalang-halangi cita-cita umat Islam, begitu kesimpulan dari Ustad Asmuni Mukhlis dari Cilegon.
Lantas, apa yang harus disikapi umat ke depannya?
Ustad Fathullah, Praktisi Pendidikan, memaparkan bahwa jatidiri orang Banten adalah syariah dan khilafah. Sementara itu, syariah dan khilafah adalah fardu kifayah. Namun pelaksanaannya masih kosong, sehingga statusnya meningkat menjadi fardu ‘ain. Dengan demikan, agenda inilah yang harus difokuskan ke depannya begitu tegas beliau.
Untuk menghantarkan kepada cita-cita umat yang luhur ini, KH. Fathul Adzhim menyampaikan pendapatnya bahwa agenda umat Islam secara hukum wajib mencontoh metode perjuangan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Dengan demikian, pastikan bahwa kita sedekat mungkin mencontoh Rasulullah dan mempersiapkan diri kita agar layak mendapatkan izin Allah.
KH. Rahmat S. Labib, Ulama Aswaja Jakarta, yang diundang khusus dalam acara ini menyampaikan bahwa tidak ada harapan yang lebih baik bagi umat untuk lima tahun ke depan.
Lebih lanjut beliau menyampaikan hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Garis politik negara ini sekuler, wajarlah agama senantiasa dikebiri agar tidak mendapatkan porsi mengatur umat, meskipun rezim banyak muslimnya.
2. Ekonomi liberal (menyerahkan sektor ekonomi dari negara ke swasta). Efeknya pendapatan negara hanya bersandar pada pajak (pungutan warga) bahkan menjadi pemalak warga,
3. Pendidikan semakin sekuler, dimana generasi penerus bangsa digodok sedemikian rupa untuk menjauhi agama dalam mengatur tingkah laku dan pemikirannya.
4. Hukum yang diterapkan masih hukum jahiliyyah. Terlebih hukum yang dibuat oleh rezim dirombak sedemikian rupa untuk memenuhi hawa nafsu mereka. Wajar hukum tajam bagi oposisi namun tumpul bagi kroninya.
Pada dasarnya umat faham rezim ini zholim, hanya saja faham saja tidak akan membawa kepada jalan kebangkitan, harus ada suara dan gerakan yang melawan rezim. Agar kebangkitan mengalir, harus dipelopori oleh ulama. Kebangkitan tersebut terus bergulir hingga tegaknya khilafah sebagai penghapus segala permasalahan umat yang terjadi. Ketika khilafah tegak, otomatis umat akan berpaling dari hukum jahiliyyah yang ada.
Semoga forum ini menjadi bagian yang menggulirkan semangat perubahan ke arah keberkahan negeri dengan tegaknya syariah dan khilafah.[]
Sumber: shautululama.co